Ketiga, Multimodal Data, yakni data yang hadir dalam bentuk teks, gambar, audio, atau sinyal biometrik. Integrasi lintas modal ini membuka peluang kolaborasi interdisipliner dan inovasi transformatif. Prof. Sutarman mencontohkan, pemanfaatan multimodal dalam layanan kesehatan dapat memprediksi hasil pascabedah secara real time, sementara di sektor sosial, analisis data multimodal membantu deteksi dini bencana melalui partisipasi warga.
Lebih jauh, Prof. Sutarman memaparkan arah riset masa depan yang tidak hanya fokus pada kompleksitas model atau ukuran dataset, tetapi juga pada Explainable AI, Federated & Edge Learning, Metaverse & Synthetic Data, serta Quantum Inspired Optimization. Keempat strategi ini dirancang untuk menjaga privasi, meningkatkan efisiensi, dan memungkinkan inovasi lintas disiplin.
“Ilmu data masa depan harus dikembalikan sebagai cara memandang dunia, mengolah kompleksitas menjadi kebijakan, dan menjembatani jurang antara pengetahuan dan penghayatan. Ilmuwan data bukan hanya teknolog, tetapi fasilitator perubahan; bukan hanya ahli algoritma, tetapi penjaga nilai,” tegas Prof. Sutarman.
Pidato pengukuhan ini menegaskan komitmen Prof. Sutarman untuk menjadikan statistika terapan dan ilmu data sebagai motor inovasi yang relevan, tidak hanya untuk akademisi, tetapi juga bagi pembangunan nasional dan masyarakat luas.
Editor : Ismail
Artikel Terkait