Sementara itu, Mr. Tana Pothikamjorn memaparkan model bisnis LINE BK, sebuah platform social banking yang terintegrasi dengan aplikasi pesan populer, LINE. Keunggulan LINE BK adalah kemampuan menyetujui pinjaman mikro/nano dalam hitungan menit melalui analisis data dan verifikasi digital. Sistem ini menggunakan behavioral scoring yang unik, dengan variabel seperti kemauan (willingness) dan komitmen (commitment) untuk menilai kelayakan nasabah.
Setelah diskusi intensif, Perbarindo Sumut mencatat tujuh pelajaran penting yang relevan bagi BPR-BPRS di Sumatera Utara:
1. Digitalisasi end-to-end: Mempercepat proses kredit, meskipun menuntut investasi besar dalam teknologi informasi (TI) dan analisis data.
2. Pemanfaatan platform sosial: Efektif untuk menumbuhkan pasar ritel/mikro karena memberikan pengalaman pengguna yang familiar.
3. Behavioral scoring: Memberi keunggulan kompetitif dalam menilai nasabah mikro/nano yang mungkin tidak memiliki riwayat kredit tradisional.
4. Manajemen risiko digital: Tetap krusial dengan pemantauan kebijakan dan otomasi kolektibilitas untuk menjaga kualitas aset.
5. Penguatan SDM & roadmap TI: Fundamental untuk mempercepat transformasi internal dan adaptasi terhadap teknologi baru.
6. Kolaborasi bank–fintech: Mendorong inovasi dan ekspansi bisnis secara lebih efisien.
7. Dukungan pemerintah: Pemerintah Thailand memberikan dukungan kuat untuk pertumbuhan UMKM, yang menjadi salah satu faktor keberhasilan ekosistem perbankan di sana.
Editor : Jafar Sembiring
Artikel Terkait