"Kita harus sadar bahwa pada tahun 2019 penerimaan negara dari sektor pariwisata lebih besar dari pada penerimaan dari sektor migas, ini artinya masih luas kesempatan untuk meningkatkan penghasilan negara," tambahnya.
Para mahasiswa menunjukkan antusiasme tinggi dengan mengajukan pertanyaan kritis terkait lambatnya pembangunan di Danau Toba serta strategi pemberdayaan masyarakat lokal. Sorotan juga diarahkan pada persoalan lingkungan yang menjadikan Geopark Toba mendapatkan kartu kuning dari UNESCO.
Sebagai bagian dari langkah konkret, acara ini turut menyaksikan penandatanganan beberapa memorandum of understanding (MoU) antara UKI, BPODT dan IMAIBANA untuk pengembangan kapasitas SDM, khususnya di bidang kepariwisataan yang berkelanjutan.
Wakil Rektor UKI, Dr. Hulman Panjaitan, menegaskan bahwa pendidikan tinggi harus ambil peran aktif dalam membangun masa depan daerah asal para mahasiswa. “Kami siap mendukung pelatihan, riset terapan, dan keterlibatan mahasiswa dalam proyek pembangunan pariwisata Danau Toba,” katanya.
Turut hadir dalam acara tersebut politisi PDIP Trimedya Panjaitan, DPP Pemuda Batak Bersatu, Perkumpulan Gaja Toba Semesta Ramles Silalahi. Dialog ini menjadi cermin keterlibatan generasi muda dalam proses pembangunan kawasan Danau Toba, dengan harapan terciptanya pariwisata yang inklusif, kompetitif, dan berdampak langsung bagi masyarakat.
Editor : Ismail
Artikel Terkait