NIAS SELATAN, iNewsMedan.id - Peristiwa kekerasan anak usia 10 tahun di Nias Selatan yang menyedihkan ini menjadi pengingat bagi semua pihak pentingnya peran serta masyarakat dalam mencegah kekerasan terhadap anak.
Seharusnya, kasus seperti ini bisa lebih cepat terungkap jika ada kepedulian yang lebih tinggi dari lingkungan sekitar.
Ironisnya, meski warga sekitar mengetahui penderitaan yang dialami anak tersebut, tidak ada yang berani melaporkan kejadian ini ke pihak berwasa. Mereka seakan-akan membiarkan penderitaan anak itu berlarut-larut.
"Imansius dari Jaringan Pendamping Kebijakan Pembangunan (JPKP) menyayangkan lambatnya penanganan kasus ini. Ia menilai seharusnya tindakan pencegahan bisa dilakukan jauh sebelum kondisi korban menjadi sangat memprihatinkan
"Harusnya adanya pencegahan sejak dini (awal penyiksaan diketahui). Kolaborasi peran setiap masyarakat dan Pemerintah Desa setempat," imbuhnya.
Ia juga menyatakan kesediaannya untuk menjadi pengganti orang tua bagi anak tersebut jika tidak ada pihak keluarga yang bersedia mengurusnya.
Berkat viralnya unggahan Lider Giawa di akun Facebook, kasus penyiksaan terhadap anak berusia 10 tahun di Nias Selatan akhirnya terungkap ke publik. Pihak kepolisian dengan sigap merespon laporan tersebut dan segera melakukan penyelidikan.
Bocah tersebut diduga disiksa oleh kakek, nenek, tante dan paman (bapak udanya) selama bertahun-tahun. Kedua kakinya dipatahkan dengan cara diinjak oleh paman dan tantenya sendiri.
Bahkan bocah tersebut tidur di dalam kandang ayam selama bertahun-tahun tanpa diurus oleh keluarganya.
Perlakukan sadis itu dilakukan dengan cara menutup mulutnya lalu kaki diinjak. Kisah ini pun viral usai diunggah oleh tetangga di akun Facebook bernama Lider Giawa.
"Ini sungguh biadab dari kecil sampai umur 10 tahun disiksa habis oleh kakek, nenek, bapak udanya dan tentenya," tulis akun tersebut dalam narasinya dengan menampilkan kondisi anak yang kakinya sudah cedera serius.
Kisah itupun diperoleh, setelah anak itu kabur dari rumah keluarganya tersebut lantaran sudah tak tahan atas penyiksaan. Di tengah jalan ia menceritakan kondisi yang ia alami kepada warga setempat.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait