MOSKOW - Komandan militer senior Rusia secara pribadi terpaksa ikut mengintai di garis terdepan untuk mengawasi pertahanan Ukraina di medan perang.
Namun ini berarti membuat mereka menjadi sasaran tembak dari penembak jitu Ukraina dan serangan mortir. Ukraina sekarang mengklaim telah membunuh sebelas pemimpin militer Rusia, termasuk Mayor Jenderal Anderi Kolesnikov dan Jenderal Andrei Sukhovetsky serta Vitaly Gerasimov seperti dikutip dari Daily Star, Sabtu (12/3/2022).
Mayor Jenderal Gerasimov sebelumnya telah dipuji oleh Putin atas perannya dalam pencaplokan provinsi Crimea di Ukraina pada tahun 2014.
Letnan Kolonel Denis Glebov juga dilaporkan tewas dalam pertempuran untuk Chuhuiv dan Kolonel Andrei Zakharov dilaporkan tewas dalam penyergapan Ukraina di dekat Kiev.
Penghancuran kolom pasukan khusus Chechnya yang mencakup 56 tank mengakibatkan korban besar termasuk tewasnya Jenderal Magomed Tushaev.
Sumber-sumber Ukraina juga melaporkan kematian tiga komandan senior Rusia lainnya: Letnan Kolonel Dmitry Safronov, Letnan Kolonel Denis Glebov dan Kolonel Konstantin Zizevsky.
Ukraina mengklaim telah membunuh lebih dari 12.000 tentara Rusia saat konflik memasuki hari kelima belas.
Sedangkan angka resmi Rusia jauh lebih rendah, dan sumber pemerintah AS menempatkan kerugian Rusia di angka 5.000 dan 6.000, dengan Ukraina kehilangan kurang dari 4.000 orang.
Tapi tetap saja, sumber Pentagon mengatakan kepada CBS News, Rusia telah mengalami korban yang sangat, sangat signifikan dalam dua minggu pertama perang yang pahit ini.
Dengan meningkatnya penentangan terhadap perang di dalam negeri, Putin mungkin menggunakan langkah-langkah yang lebih putus asa untuk mengakhiri permusuhan dengan cepat.
Awal pekan ini, sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki memperingatkan bahwa setiap orang harus "mewaspadai" kemungkinan Rusia menggunakan senjata kimia atau biologi yang terlarang untuk memaksa Ukraina menyerah.
Mengacu pada klaim Rusia bahwa Ukraina sedang mempersiapkan serangan biologis, Psaki menulis: "Ini semua adalah taktik yang jelas oleh Rusia untuk mencoba membenarkan serangan terencana, tidak beralasan, dan tidak dapat dibenarkan lebih lanjut di Ukraina."
Editor : Odi Siregar
Artikel Terkait