MEDAN, iNewsMedan.id– Anggota Komisi X DPR RI dr Sofyan Tan mengatakan pencegahan dan penanganan kekerasan di lingkungan satuan pendidikan dapat dilakukan dengan mewujudkan sekolah menjadi istana bagi setiap siswa.
“Jadikan sekolah itu seperti istana bagi siswa,” ujar Politisi PDI Perjuangan itu saat memberikan sambutan pembukaan pada acara Workshop Pendidikan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan di Hotel Four Points, Medan, Selasa (27/8).
Sofyan Tan menyebutkan setiap anak di sekolah punya cerita dan pengalaman yang berbeda-beda. Menjadi tugas guru terutama wali kelas dan guru bimbingan penyuluhan/bimbingan konseling (BP/BK) untuk bisa mengungkap dan mengidentifikasi latar belakang setiap siswa.
Tentunya, untuk bisa mengungkap latar belakang siswa, kesan bahwa guru itu angker harus dihapus dan diganti dengan bahwa setiap guru adalah menyenangkan. Sehingga siswa tidak lagi ragu untuk bercerita dan terbuka dengan guru-gurunya. Apabila siswa sudah bisa terbuka dengan gurunya, berarti sudah ada rasa aman dan nyaman di lingkungannya dan sekolah menjadi tempat yang menggembirakan.
Hal itu adalah sisi pencegahan. Lalu masuk ke sisi penanganan jika ditemukan siswa yang memiliki latar belakang tidak selesai atau tidak tuntas fase perkembangannya dikaitkan dengan psikoanalisis. “Karena itu guru BP (BK) harus punya latar belakang psikologi,” ujar Sofyan Tan.
Hadir dalam acara Widyaprada Ahli Utama Kemendikbud Ristek Drs. Bernard Purba, M.Ak, mewakili Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan Ahmad Zulyaden, narasumber PIC Kelompok Kerja Tata Kelola Pembinaan Peserta Didik Direktorat SMP Kemendikbud Ristek Muhammad Hasan Catur, Guru YP. Sultan Iskandar Muda Beatrice Alnora Siahaan,S.Psi, Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual Universitas Prima Indonesia Dr. dr. Ali Napiah Nasution M.K.T., DP.K.K.L.P dan undangan peserta kepala sekolah dan guru di Kota Medan.
Widyaprada Ahli Utama Kemendikbud Ristek Drs. Bernard Purba, M.Ak, mengatakan ekosistem sekolah yang berkualitas saat ini sudah bergeser penilaiannya. Jika dulu sekolah yang berkualitas ukurannya prestasi siswa, kini ukuran berkualitas adalah yang mampu menciptakan iklim aman, nyaman dan menyenangkan tanpa perundungan.
“Bukan lagi soal prestasi, siswanya banyak ikut dan menang olimpiade nasional bukan itu lagi ukurannya. Sekolah berkualitas itu adalah bisa nggak ciptakan iklim yang kondusif, aman dan nyaman bagi siswanya,” ungkap Bernard.
Editor : Ismail
Artikel Terkait