Pernikahan Sultan Iskandar Muda dan Putri Raja Simargolang Jadi Cikal Bakal Kesultanan Asahan

Kurnia Illahi
Pernikahan Sultan Iskandar Muda dan Putri Raja Simargolang Jadi Cikal Bakal Kesultanan Asahan. (Foto: Pemkab Asahan)

MEDAN, iNewsMedan.id - Sejarah Kesultanan Asahan dimulai dengan perjalanan Sultan Aceh, Sultan Iskandar Muda, ke Johor dan Malaka pada tahun 1612. Saat dalam perjalanan, Sultan Iskandar Muda dan rombongannya berhenti istirahat di kawasan hulu sungai yang kemudian dikenal sebagai Asahan.

Dikutip dari laman Pemkab Asahan, Kamis (13/6/2024) menyebutkan, perjalanan Sultan Iskandar Muda beserta rombongan berlanjut menuju tanjung. Lokasi itu merupakan pertemuan Sungai Asahan dengan Sungai Silau.

Mereka bertemu dengan Raja Simargolang. Sultan Iskandar Muda di lokasi tersebut mendirikan pelataran sebagai balai tempat menghadap. Pelataran ini kemudian berkembang menjadi perkampungan dan pusat perdagangan cukup pesat hingga dikenal dengan sebutan Tanjung Balai.

Seiring waktu, Sultan Iskandar Muda menikah dengan putri Raja Simargolang. Perkawinan pasangan ini kemudian lahir seorang putra yang diberi nama Abdul Jalil.

Putra Sultan Iskandar Muda dan Putri Raja Simargalong ini lah menjadi cikal bakal Kesultanan Asahan. Abdul Jalil dinobatkan menjadi Sultan Asahan I pada 1630. 

Masa Kesultanan Asahan berlangsung hingga Sultan Asahan XI. Pemerintahan di daerah Asahan ini dilakukan para datuk wilayah Batu Bara serta kerajaan-kerajaan kecil lainnya. 

Belanda Kuasai Kesultanan Asahan 

Pada 22 September 1865, Kesultanan Asahan berhasil dikuasai oleh Belanda. Saat itu, kekuasaan pemerintahan di wilayah Asahan/Tanjung Balai dipegang oleh Belanda. 

Pemerintahan Belanda di Asahan dipimpin oleh seorang Kontroler, yang diperkuat dengan Gouverments Besluit tanggal 30 September 1867, Nomor 2, tentang pembentukan Afdeling Asahan yang berkedudukan di Tanjung Balai. 

Wilayah pemerintahan kemudian dibagi menjadi tiga bagian, yaitu, Onder Afdeling Batu Bara, Onder Afdeling Asahan dan Onder Afdeling Labuhan Batu.

Meski Kerajaan Sultan Asahan dan pemerintahan Datuk-Datuk di wilayah Batu Bara tetap diakui oleh Belanda, kekuasaan mereka tidak lagi penuh seperti sebelumnya. 

Wilayah pemerintahan Kesultanan dibagi menjadi beberapa Distrik dan Onder Distrik, yaitu Distrik Tanjung Balai dan Onder Distrik Sungai Kepayang, Distrik Kisaran, Distrik Bandar Pulau dan Onder Distrik Bandar Pasir Mandoge.

Sementara itu, wilayah pemerintahan Datuk-Datuk di Batu Bara dibagi menjadi wilayah Self Bestuur, yaitu Self Bestuur Indrapura, Self Bestuur Lima Puluh, Self Bestuur Pesisir, Self Bestuur Suku Dua (Bogak dan Lima Laras).

Editor : Odi Siregar

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network