BI Sumut Kembangkan UMKM Lewat Klaster Ketahanan Pangan Guna Kendalikan Inflasi

Kharisma
BI Sumut Kembangkan UMKM Lewat Klaster Ketahanan Pangan Guna Kendalikan Inflasi. (Foto: Istimewa)

MEDAN, iNewsMedan.id - Guna mengendalikan inflasi, Bank Indonesia (BI) Sumatera Utara (Sumut) turut melakukan pengembangan UMKM melalui pembentukan Klaster Ketahanan Pangan, baik di bidang tanaman pangan, hortikultura, maupun peternakan.

"Pendampingan klaster ketahanan pangan ini dilakukan BI mulai dari sisi hulu ke hilir (secara end to end), serta bersinergi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak khususnya pemerintah daerah," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara, IGP Wira Kusuma, Jumat (25/8/2023).

Wira menjelaskan, pada kegiatan Panen Bersama Demonstration Plot (Demplot) Pemurnian dan Penangkaran Benih di Klaster Padi Gapoktan Harapan, Serdang Bedagai (Sergai) ini diharapkan melalui pendampingan yang dilakukan secara intensif diharapkan kelompok tani mampu “naik kelas” menjadi klaster ketahanan pangan yang mandiri dan dapat bermanfaat bagi kelompok tani lainnya.

Adapun salah satu program Klaster Ketahanan Pangan yang dilaksanakan  BI dan Pemerintah Serdang Bedagai yaitu Klaster Padi Gapoktan Harapan yang telah berlangsung sejak Juni 2022. 

"Pada 2022, program yang dilaksanakan yaitu demonstration plot (demplot) budidaya padi dengan Good Agricultural Practices (GAP) seluas 5 hektar yang terdiri dari 4 hektar perlakuan non-organik dan 1 hektar perlakuan organik yang dilaksanakan pada  Oktober 2022 hingga Februari 2023," jelasnya.

Lebih lanjut, pada program demplot GAP budidaya padi tersebut diperoleh produktivitas rata-rata Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 7,5 ton/Ha berdasarkan pengubinan dari BPS Serdang Bedagai.

Diakuinya, hasil meningkat sekitar 25 persen dibandingkan produktivitas sebelumnya yang hanya 6 ton/Ha.

Lebih lanjut, pada 2023, dilakukan pendampingan lanjutan dengan program demplot Pemurnian dan Penangkaran Benih Padi di minggu pertama Mei 2023 hingga minggu kedua Agustus 2023 seluas 10 Ha.

Program tersebut merupakan upaya kemandirian benih padi berkualitas yang menggunakan varietas rekomendasi Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Sumatera Utara yaitu varietas inpari 32 dan varietas mekongga.

"Melalui program tersebut, diharapkan Gapoktan mampu memproduksi benih berkualitas dengan hasil berkisar 50-55 ton (6,5ton x 10 Ha x 86,02 persen) benih yang siap didistribusikan kepada seluruh anggota Gapoktan yang dapat digunakan untuk musim tanam berikutnya," ujarnya.

Hasil perhitungan ini masih akan dikonfirmasi berdasarkan pengubinan BPS Serdang Bedagai dan perlakuan pasca panen yang dilakukan Gapoktan Harapan serta pengawasan hingga keluarnya label benih UPT Sertifikasi Benih TPH Dinas Ketapang Sergai.

Wira mengungkapkan, berdasarkan estimasi pihaknya kebutuhan benih Gapoktan Harapan yang memiliki luas lahan 465 Ha sekitar 14 ton (465 Ha x 30 kg). Sehingga diperkirakan masih terdapat surplus benih sekitar 36 ton yang dapat didistribusikan kepada petani padi lainnya.

Hal ini tentu dapat menjadi sumber penghasilan tambahan bagi Gapoktan dengan nilai potensi ekonomi mencapai 432 juta atau 35 ton x Rp12.000/kg.

Sebagai upaya peningkatan kapasitas, Bank Indonesia juga telah memfasilitasi Gapoktan Harapan dalam program studi banding ke Klaster Binaan Bank Indonesia Yogyakarta dan Bank Indonesia Solo pada 15-18 Agustus 2023 yang lalu.

Berdasarkan catatan, terdapat beberapa lesson learned untuk peningkatan kapasitas Gapoktan Harapan antara lain:

Saat ini Gapoktan Harapan hanya memiliki RMU dengan tipe single pass kapasitas 1-2 ton/har.

"Alat ini membuat kualitas beras  tidak optimal karena banyak yang patah (mencapai 20-30 persen) sehingga produk yang dihasilkan sulit memenuhi kualifikasi beras premium," ungkapnya.

Di sisi lain Gapoktan Harapan memiliki kapasitas produksi GKP yang tinggi, yakni mencapai 6.000 ton/tahun (465 Ha x GKP 6,5 ton/Ha x 2 musim tanam/thn).

Untuk dapat melakukan pengolahan produk hilirisasi (beras), Gapoktan Harapan perlu melakukan upgrade Rice Milling Unit (RMU).

Investasi ini mungkin dapat menjadi program strategis bersama pemerintah Sergai untuk meningkatkan nilai tambah daerah agar Gapoktan Harapan dapat menghasilkan produk dari GKP hingga beras secara mandiri.

Wira juga mengatakan, Gapoktan Sidomulyo, Yogyakarta dengan kapasitas produksi GKP 3.000 ton/tahun telah menggunakan RMU dengan spesifikasi mesin double pass, dryer, sortasi dan timbang otomatis dengan nilai investasi mencapai sekitar Rp2M yang diperoleh dari partisipasi pemerintah daerah, Kementerian, dan Bank Indonesia.

Untuk mencapai kapasitas produksi beras yang lebih maksimal diperlukan mesin dryer, karena luasnya lahan Gapoktan Harapan yang mencapai 465 Ha, penggunaan lantai jemur menjadi tidak efisien karena berpotensi mengurangi jumlah lahan tanam.

Gapoktan Harapan berpotensi menjadi sentra pengolahan GKP menjadi Beras untuk Gapoktan dari desa dan kecamatan lain di  Sergai.

Untuk dukungan pemasaran sekaligus membantu penjualan beras, BI bersama pemerintah daerah dapat melakukan business matching perdagangan dengan BUMD, KAD, serta retail dengan perjanjian yang saling menguntungkan.

Menurutnya, diperlukan pemilihan pengemasan produk yang sesuai dengan jenis beras yang diproduksi (organik / non organik) serta sertifikasi halal dan izin edar untuk program hilirisasi selanjutnya.

Untuk mendukung hal ini, pada triwulan IV-2023, Bank Indonesia akan melakukan program hilirisasi melalui fasilitasi packaging produk. Harapannya program tersebut dapat meningkatkan nilai jual produk.

Selain itu, klaster Gapoktan Harapan juga telah menerapkan teknologi pertanian yaitu digital farming melalui bantuan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI).

Penyerahan PSBI kepada Gapoktan Harapan berupa Paket Smart Agriculture dan Precision Farming, yaitu alat yang dapat memberikan informasi kondisi atau konsentrasi unsur hara tanah secara realtimeyang telah terhubung dengan smartphone petani.

Informasi unsur hara makro ini sangat dibutuhkan oleh petani agar dosis pupuk yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Nilai efisiensi yang diperoleh saat ini sekitar 8 persen (sekitar Rp15,7jt/Ha pada MT II-2022 menjadi Rp14,4jt per Ha pada MT I-2023) sumber efisiensi sejauh ini berasal dari biaya pemupukan.

Ke depan jumlah ini masih bisa terus dioptimalkan dengan tetap memperhatikan rekomendasi yang disampaikan melalui aplikasi digital farming ke smartphone anggota Gapoktan Harapan.

Selama pelaksanaan program demplot pemurnian dan penangkaran benih ini, pihaknya turut melibatkan Balai Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Sumatera Utara sebagai tenaga ahli pendamping untuk memastikan GAP budidaya terlaksana sebagaimana mestinya mulai dari persiapan lahan hingga panen.

Sementara itu, untuk mengetahui produktivitas demplot budidaya padi dengan GAP, Bank Indonesia turut mengundang dan mengharapkan dukungan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk membuat estimasi atau pendugaan produktivitas padi dengan teknik ubinan dengan menggunakan benih unggul yang sesuai dengan rekomendasi Balai Penerapan Standarisasi Instrumen Pertanian (BPSIP) Sumatera Utara.

Program ini juga merupakan bentuk dukungan terhadap Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) khususnya komoditas beras yang masih menjadi salah satu penyumbang utama inflasi di Sumatera Utara.

Demplot budidaya dengan Good Agricultural Practices (GAP) merupakan salah satu upaya dari sisi hulu untuk meningkatkan produktivitas padi yang diharapkan dapat berkontribusi menjaga kestabilan harga beras dari sisi supply.

Selain mengalami peningkatan produktivitas, klaster juga mengalami peningkatan kapasitas pemanfaatan teknologi digital melalui Paket Smart Agriculture dan Precision Farming, dan optimalisasi penggunaan pupuk organik.

Menurutnya, program pengembangan klaster padi Gapoktan Harapan akan dilakukan secara bertahap dan multiyears (2022-2027).

Tahun 2022-2023, merupakan tahun awal program yang berfokus pada kegiatan budidaya pertanian.

Gapoktan Harapan diharapkan dapat mendorong petani mampu melaksanakan teknologi budidaya padi dan implementasi program digital farming sesuai dengan praktik budidaya yang baik serta dapat mandiri dalam penyediaan benih unggul.

Tahun selanjutnya fokus pengembangan program akan dilakukan dengan implementasi integrated farming dimana tanaman diintegrasikan dengan ternak.

"Petani akan diajarkan mengolah sisa hasil tanaman untuk pakan ternak serta mengolah kotoran ternak sebagai bahan baku pupuk organik," ucapnya.

Selanjutnya, guna melahirkan klaster yang mandiri dan berkelanjutan, fokus program pada pembentukan Lembaga Keuangan Mikro atau Koperasi untuk akses pasar komoditas serta hilirisasi produk dan perluasan akses pasar serta membangun kemitraan dengan industri yang berbasis komoditas.

Dia berharap, program demplot menggunakan Good Agricultural Practices (GAP) yang telah berjalan menjadi contoh yang dapat direplikasi di seluruh lahan klaster milik Gapoktan Harapan seluas 465 ha dengan potensi produktivitas yang mencapai 7,5 ton/ha dari yang sebelumnya sebesar 6,5 ton/ha sehingga total produksi dapat mencapai 3.022 — 3.487 ton per musim tanam.

Adanya peningkatan produktivitas dapat menjadi salah satu upaya menjaga ketahanan pangan dan kestabilan harga beras dari sisi supply.

Melalui pendampingan multiyears ini, Wira berharap klaster Gapoktan Harapan tidak hanya dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas tanam namun juga dapat tumbuh menjadi klaster champion yang melahirkan para petani pakar yang menjadi rujukan bagi para petani lainnya.

“Kami berharap dengan semakin banyaknya pihak yang terlibat dan mereplikasi program ini, peningkatan nilai ekonomi dari komoditas padi/beras menjadi lebih cepat dan mampu mewujudkan kesejahteraan petani,” pungkas Wira.

Editor : Odi Siregar

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network