Polisi Bantah Menahan Ibu Beranak 5 di Nias Selatan

Jafar
Viral 5 anak yatim menangis karena ibunya ditahan. (Istimewa).

NIAS SELATAN, iNewsMedan.id - Polres Nias Selatan membantah menahan ibu beranak lima di Desa Hilisaloo, Kecamatan Amandraya, Nias Selatan (Nisel). Polisi menyebutkan kalau ibu tersebut ditahan oleh pihak kejaksaan.

Kasi Humas Polres Nisel, Bripda Aydi Masyur mengatakan pada proses penyidikan, Polres Nias Selatan tidak melakukan penahanan terhadap wanita yang berstatus janda itu. Kata Aydi, penyidik hanya menetapkan status wajib lapor bagi wanita tersebut.

"Dan setelah berkas kirim ke kejaksaan dan telah dianggap lengkap atau P21, maka dilakukan serah terima tersangka beserta barang bukti atau P22 ke kejaksaan dan dilakukan penahanan di kejaksaan," katanya kepada iNewsMedan.id, Jumat (19/5/2023).

Sebelumnya, viral 5 anak yatim menangis karena ibu mereka ditahan oleh polisi di Nias Selatan (Nisel), Sumatera Utara (Sumut) .

Sangat menyedihkan, ayah dari kelima anak ini yang tinggal di Desa Hilisaloo, Kecamatan Amandraya, Nias Selatan  sudah meninggal lama. AG, yang merupakan anak sulung, mengungkapkan kepada iNews bahwa dia kaget ketika empat adiknya datang ke sekolah. Mereka memberitahu bahwa ibu mereka menjadi tersangka dan ditahan oleh aparat penegak hukum.

"Pada saat itu, saya sedang di dalam kelas mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Tiba-tiba, saya mendapat kabar bahwa ibu saya menjadi tersangka dan ditahan pada hari Selasa (9/5/2023)," ucap AG kepada iNews pada Jumat (19/5/2023) pagi.

Dari kelima anak tersebut, yang paling muda baru berusia 5 tahun. Anak kecil itu harus berpisah dengan ibunya.

"Adik saya yang paling muda baru berusia 5 tahun. Kami tidak tahu bagaimana kehidupan kami setelah ibu kami tidak berada di samping kami. Ayah kami meninggal dunia lima tahun yang lalu," kata AG sambil menangis.

Saat ini, mereka menjalani hidup tanpa orangtua, tinggal di sebuah pondok kayu dengan atap dari daun rumbia. Rumah tempat tinggal mereka bersama ibu selama ini dipenuhi dengan kesedihan dan perjuangan.

"Tempat tinggal kami adalah sebuah pondok dengan ukuran 3x5 meter persegi, atapnya terbuat dari daun rumbia. Untuk makan sehari-hari, kami hanya mengandalkan ibu kami," ucapnya.

Editor : Jafar Sembiring

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network