"Setiap instrumen yang memiliki potensi keuntungan yang besar, tentu memiliki potensi risiko. Semakin tinggi potensi keuntungan, semakin tinggi pula risiko kerugiannya. Namun, semakin panjang jangka waktu investasi, semakin kecil risiko yang didapatkan," ujarnya.
Menurut Pintor, hal ini karena siklus investasi pada umumnya akan terus bergerak naik dalam jangka waktu panjang, didukung oleh pemilihan instrumen yang diterbitkan perusahaan yang memiliki kinerja fundamental yang bagus. Meski demikian, dalam jangka pendek, setiap instrumen investasi juga berpeluang mengalami fluktuasi atau naik turun harga akibat berbagai faktor.
Apalagi, dari sekian banyak jenis investasi, saham dinilai lebih aman karena berpotensi memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap inflasi dibandingkan dengan obligasi atau deposito. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan kinerja perusahaan memiliki probabilitas untuk tumbuh pada tingkat yang sama atau bahkan lebih tinggi dari inflasi.
"Namun, tidak semua perusahaan penerbit saham memiliki pertumbuhan kinerja yang positif. Oleh karena itu, setiap investor perlu melakukan analisis kinerja perusahaan yang akan dipilih untuk melakukan investasi dan paham bahwa instrumen saham hanya menjadi salah alternatif investasi untuk mempersiapkan kebutuhan atau menjaga gaya hidup di masa depan agar tetap sama atau bahkan lebih baik dari gaya hidup saat ini, dengan nilai uang yang terus meningkat," pungkasnya.
Editor : Odi Siregar
Artikel Terkait