Kedua, sarjana Defence Studies, University of New South Wales, Australia ini juga membentuk layer-layer pengamanan, khususnya di lokasi-lokasi strategis. Ketiga, memantau kapal Fery antarpulau yang datang dan pergi menuju Pulau Bali serta memeriksa perahu-perahu dan nelayan yang mencurigakan.
Keempat, tambah Abituren Akademi Angkatan Laut (AAL) 1989, yakni mengawasi kapal-kapal yang melintas di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Pola operasi yang dilakuan telah memanfaatkan kemajuan teknologi yaitu kemampuan surveilance dan pemantauan dari Puskodal TNI AL serta VTS.
"Satgasla harus menjaga keamanan G20 dan menegakkan kedaulatan, hukum dengan kondisi yang berbeda dibanding Satgas lainnya. Tugas yang dijalankan Satgasla bukan hanya di wilayah teritorial Indonesia, melainkan di wilayah atau rezim laut yang merupakan sovreignty (kedaulatan penuh) dan sovreignt right (hak berdaulat)," katanya.
Magister Strategi dan Kampanye Militer, Universitas Pertahanan (Unhan) ini menambahkan, keamanan peserta G20 harus terjamin, sehingga harus ada pembatasan dari pihak yang mendekat. Namun, di sisi lain kebebasan kapal yang melintas juga harus dijamin kebebasannya untuk melintas di ALKI dengan aman.
Gelaran G20 kali ini dihadiri para Kepala Negara, Kepala Pemerintahan atau Delegasi Organisasi tingkat dunia. Mereka disuguhi dengan belasan kapal perang yang berpatroli rapi pada sisi selatan atau sisi laut Apurva Hotel, lokasi kegiatan G20.
Belasan kapal perang bukan hanya kelas Frigate dan Corvet. Namun, juga ada kapal Latih Layar; KRI Bima Suci. KSAL juga ikut turun langsung mengecek kesiapan pasukan dan persenjataan kapal yang dilakukan di Surabaya pada 4 November 2022 lalu.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait