Karena itu, anak-anaknya pun mulai berlatih lebih serius. Bahkan, sekarang mereka berlatih coding selama 20 hingga 30 menit setiap hari, termasuk saat libur.
Ahmed sendiri mulai belajar coding dengan HTML dan CSS, lalu mengembangkan keterampilan coding-nya, dan mempelajari JavaScript serta program lainnya. Namun, NFT, kontrak pintar, dan kumpulan kode telah menarik perhatiannya.
"Saya pertama kali belajar tentang NFT awal tahun ini. Saya terpesona dengan NFT karena dengan mudah mentransfer kepemilikan NFT melalui blockchain," kata dia dikutip dari CNBC.
NFT adalah aset digital unik, termasuk jpeg dan klip video, yang diwakili oleh kode yang direkam pada blockchain, yang merupakan buku besar digital terdesentralisasi. Setiap NFT dapat dibeli dan dijual seperti aset fisik, dengan setiap transaksi dicatat secara permanen di blockchain.
Dia sangat tertarik dengan teknologi ini dan memutuskan untuk membuat koleksi NFT miliknya sendiri. Koleksi NFT pertamanya diluncurkan awal musim panas, terdiri dari 40 avatar berpiksel warna-warni yang disebut Minecraft Yee Haa.
Kemudian dia membuat NFT keduanya Weird Whales atau Paus Aneh. Koleksi seni digital keduanya mendapat inspirasi dari gambar meme paus berpiksel yang terkenal dan gaya seni digital yang populer, tetapi menggunakan programnya sendiri untuk membuat kumpulan 3.350 paus tipe emoji. Dari koleksinya tersebut, dia menghasilkan pendapatan total lebih dari 400.000 dolar AS atau Rp5,7 miliar.
Ahmed kini sedang mengerjakan koleksi ketiganya yang bertema superhero. Dia juga ingin membuat permainan bawah air yang menampilkan paus.
"Itu akan luar biasa," ucapnya.
Sementara itu, Imran 100 persen yakin putranya tidak melanggar undang-undang hak cipta dan telah menggandeng pengacara untuk mengaudit karyanya, serta untuk mendapatkan saran tentang cara mendesain merek dagang sendiri.
Editor : Odi Siregar