TAPANULI UTARA, iNewsMedan.id - Provinsi Sumatera Utara terkenal dengan keberagaman Suku dan Budaya. Sejak dulu, masyarakat di Sumatera Utara senantiasa mewariskan warisan budaya kepada generasi penerusnya baik itu warisan budaya benda dan warisan budaya tak benda. Di Bumi Tapanuli, salah satu Warisan Budaya Tak Benda adalah tari tor-tor dan bela diri mossak.
Tarian Tortor merupakan tarian yang memperagakan sikap dan perasaan yang melukiskan situasi dan kondisi yang sedang dialami, lewat tortor masyarakat menyatakan harapan dan doanya. Tari tortor memiliki nilai budaya sekaligus nilai spiritual. Tarian yang dilestarikan oleh suku batak ini dimainkan dengan iringan suara alunan musik seperti Gondang dan alat musik tradisional lainnya. Tarian Tortor juga biasa digelar dalam acara adat batak seperti pernikahan, acara orang meninggal dan acara-acara perayaan lainnya serta acara formal untuk melakukan penyambutan kepada tamu.
Sedangkan bela Diri Mossak adalah gerakan menyelesaikan masalah, gerakan yang digunakan untuk menghibur, mengobati orang sakit, serta membela diri dari serangan musuh dengan meniru gerakan ular, harimau, monyet dan lainnya sesuai dengan di mana keberadaan para leluhur mereka. Mossak juga diklasifikasikan menjadi dua jenis yakni mossak olahraga biasa dan mossak sakral.
Salah satu yang masih konsisten untuk terus mewariskan warisan budaya di Sumatera Utara adalah Kelompok Sanggar Seni Mata Guru Roha Sisean. Kelompok Sanggar Seni yang di komandoi oleh Marala Situmorang, S.T adalah satu dari sekian banyak Kelompok Sanggar Seni di Sumatera Utara.
Pertunjukan dramatik berupa tari Tortor dan Bela Diri Mossak jadi warisan budaya tak benda yang mereka geliatkan di Sumatera Utara, khususnya di Tapanuli Utara.
Editor : Jafar Sembiring
Artikel Terkait