Ia berhasil menuntaskan kuliahnya di Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Medan sebagai wisudawan terbaik atau cumlaude pada 1993. Lalu ia melamar menjadi dosen PNS di IAIN Medan dan lulus. Sejak itu, jalur Rahman menapak ke atas. Perlahan tapi pasti, seperti kata petuah orang tua dulu.
Rahman menyiapkan dirinya untuk menapak jalur akademik itu. Tak lupa ia tetap berbakti pada orang tua dan keluarga. Ia bahkan menjadi tulang punggung untuk menyekolahkan sejumlah keponakannya, hingga saat ini mereka semua berhasil dalam pekerjaan masing-masing.
Sembari itu, dengan karir di UINSU dia melanjutkan pendidikan S2 Bimbingan Konseling di Universitas Negeri Padang dan pada 2018 ia meraih Doktor di UINSU. Puncaknya, tentu saja gelar Guru Besar yang diraihnya ini.
Capaian ayah tiga putri ini bukan sesuatu yang terjadi begitu saja. Sebagai anak yang lahir dan besar dalam keluarga Batak yang budaya daya juang tinggi serta hidup di kawasan pesisir yang identik dengan budaya Keislaman, Rahman tahu persis tentang falsafah hidup yang bisa mengawalnya meraih keberkahan hidup.
Kemampuan Guru Besar Ilmu Bimbingan Konseling Islam ini dalam merawat persahabatan, menghormati senior dan membina junior tak bisa dinafikan menjadi bagian yang identik dalam sosok Rahman YZ. Dalam keseharian, Rahman kerap menyampaikan falsafah dan petuah, yang ia yakini, kepada lawan bicaranya.
Kalimat 'Jangan hapus garis orang lain, buat garis mu sendiri' atau 'Only diamond cut the Diamond', adalah beberapa falsafah yang pernah ia sampaikan saat menyampaikan pendapat pada orang yang berdiskusi dengannya.
Editor : Jafar Sembiring
Artikel Terkait