Yulizar menilai, belakangan ada istilah politik identitas dan anti politik. Padahal selama ini tidak ada sosialisasi terkait pendidikan politik di pesantren-pesantren, bahkan pihak pesantren beserta anak-anak didiknya belum tentu paham terkait politik dan politik identitas.
"Maka dari itu, kita terbuka, mari sosialisasikan. Jangan hanya di lembaga-lembaga pendidikan saja, tetapi tidak ada ke pesantren-pesantren. Belum pernah ada sosialisasi tentang pemilih pemula, tentang Pemilu dan politik. Tetapi belum apa-apa sudah diisukan politik identitas. Karena itu mari bekerja sama dengan pimpinan-pimpinan pesantren, menyosialisasikan tentang politik. Kita jaga negara kita ini dari isu dan fitnah, dari politik identitas," harapnya.
Dia menceritakan, bahwa dahulu, politik identitas diperlukan pada saat perjuangan, harus ada fatwa jihad, sehingga pahlawan-pahlawan pesantren berani melawan kolonial penjajah dengan fatwa-fatwa jihad untuk merebut republik ini.
"Namun sekarang berbeda, bahasanya lebih santun, siapa yang bertugas tersebut?, yakni pimpinan-pimpinan pesantren, untuk menyosialisasikan kepada anak-anak pesantren. Tetapi apa selama ini ada dilakukan?. Maka kami coba hari ini, ternyata lihat betapa antusias mereka, bahwa 'The Future is Belong to Him', masa depan ada di tangan mereka. Karena itu, mari kita jernihkan pemikiran mereka memandang republik ini," ajaknya.
Menurut Yulizar, memberikan pemahaman tentang politik identitas kuncinya ada di stakeholder, dalam memberikan pendidikan politik kepada guru-guru pesantren. Karena mereka yang berhubungan langsung dengan anak-anak pesantren hingga 24 jam. Dengan begitu dirinya yakin negara kita akan aman.
"Saya juga mengingatkan kepada mereka, gunakan hakmu jika sudah waktunya memilih di Pemilu bagi pemilih pemula, jangan dipaksa oleh sistem atau apapun, gunakan hati nuranimu, mereka juga harus belajar menang dan kalah. Mungkin yang dipilihnya kalah dan yang didukung temannya menang, tapi dari sejak dini mereka sudah belajar apa arti menang dan apa arti kalah," tegasnya.
Editor : Ismail
Artikel Terkait