Dari Sembunyi Karena Stigma ke Berdaya: Cerita Enam Tahun Pemulihan Mental di Helvetia Tengah
Dari ratusan klien itu, sekitar 20 orang sudah mampu menghasilkan pendapatan melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan berbagai aktivitas ekonomi di rumah belajar yang dikelola YNLM dan masyarakat.
Program ini juga mengembangkan self-help group, posbindu kesehatan jiwa, pendampingan keluarga, kampanye anti-stigma di sekolah-sekolah, hingga koordinasi dengan tokoh agama, Puskesmas, pemerintah, dan masyarakat.
Dalam enam tahun, YNLM juga mendorong hadirnya kebijakan kota yang mengakui kader kesehatan jiwa. Menurut Jesmon, kini seluruh kecamatan di Medan Helvetia telah memiliki kader yang mendapat fasilitas dana transport dari pemerintah kota.
“Saat ini seluruh kecamatan Medan Helvetia sudah punya kader kesehatan jiwa. Dan itu kita yang melakukan audiensi dengan Pemerintah Kota Medan,”jelasnya.
Di Helvetia Tengah sendiri terdapat 8 kader, sementara di seluruh Kecamatan Medan Helvetia sebanyak 21 kader sudah dilantik.
Ketua LPKJ, Haikal, mengatakan pihaknya akan melanjutkan pendampingan yang sudah berjalan. Ia menilai pemulihan kesehatan mental membutuhkan waktu panjang dan tidak bisa dikerjakan satu pihak saja. “Kita berharap kelanjutan program ini bisa tetap bersinergi dengan stakeholder pemerintah. Karena ini adalah pekerjaan yang nggak bisa pekerjaan sendiri,” katanya.
LPKJ menargetkan kondisi setidaknya separuh dari total 360 klien bisa stabil. “Saat ini sekitar ada 20–30-an yang sudah stabil.”
Camat Medan Helvetia, Junedi LG, menilai faktor ekonomi dan masalah keluarga menjadi penyebab paling dominan. “Kebanyakan dari faktor ekonomi ada, faktor keluarga juga ada,” ujarnya. Ia menyebut kerja sama YNLM, kelurahan, dan puskesmas selama ini membantu membentuk pola hidup klien dan memberi mereka peluang kembali produktif.
Editor : Ismail