Kisah Insinyur Jerman Jadi Mualaf Masuk Islam, Terpana dengan Perintah Kekuatan Shaf Shalat

Luruskanlah shaf-shaf kalian, ratakan pundak-pundak kalian, isilah yang kosong, bersikap lemah lembutlah terhadap tangan-tangan saudara-saudara kalian, dan jangan kalian biarkan ada yang kosong untuk diisi oleh setan. Barangsiapa yang menyambungkan shaf, Allah pasti akan menyambungkannya dan barangsiapa yang memutuskan shaf, Allah pasti akan memutuskannya.” (HR Abu Dawud: 666)
Kisah ini mengingatkan kita betapa ketaatan dan kerapian dalam berjemaah dapat menjadi syiar (penyebar) kemuliaan Islam yang membuka pintu hidayah bagi orang lain. Ketaatan pada sunah-sunah kecil ternyata membawa dampak yang besar.
Walaupun demikian, kita harus senantiasa ingat bahwa hidayah sepenuhnya adalah hak mutlak Allah Ta'ala. Tugas kita adalah berbuat baik dan menjaga kemuliaan Islam, sementara hasil akhirnya berada di tangan-Nya, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) tidak (akan dapat) memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk). Dia paling tahu tentang orang-orang yang (mau) menerima petunjuk.” (QS Al-Qaṣaṣ [28]: 56).
Semoga Allah Ta'ala menjadikan kita hamba yang senantiasa menjaga kemuliaan Islam dengan meluruskan shaf, menegakkan salat dengan khusyuk, dan menjadi sebab sampainya hidayah bagi sesama. Āmīn.
Allāhu Ta‘ālā a‘lam bish-shawāb.
Kerapian dan kesempurnaan dalam saf yang disaksikan oleh insinyur Jerman itu sesungguhnya adalah perintah langsung dari Nabi Muhammad. Beliau bersabda
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta