Dari Halaman Rumah Hingga Kompetisi Internasional: Kisah Sukses Utamasia di Medan

MEDAN, iNewsMedan.id - Utamasia Youth Competition 2025 yang sukses digelar di Lapangan Cadika Medan Johor pada 14, 15, 21 dan 22 Juni, telah menjadi percontohan ideal bagi penyelenggara acara dan pegiat sepak bola akar rumput (grassroot). Kompetisi ini dirancang sesuai standar internasional, menggabungkan regulasi FIFA dengan pendekatan kepelatihan modern, serta elemen festival yang menghibur.
Gusti Lubis, Ketua Panitia Utamasia Youth Competition 2025, menjelaskan dalam sebuah talkshow bahwa konsep awal acara ini adalah mengisi waktu libur sekolah anak-anak.
"Peserta tidak dibatasi hanya dari SSB atau akademi sepak bola. Kami berharap ada juga partisipasi dari sekolah dasar bahkan komunitas pengajian. Intinya, kami ingin menjadi wadah bagi semua komunitas sepak bola anak-anak untuk berkumpul dan bertanding," ujar Gusti.
Ia menambahkan, konsep festival ini turut membuka peluang bagi tim dari luar kota. "Ada Coach Horas dari Doloksanggul yang membawa timnya ke Medan. Anak-anaknya bermain bola, orang tua bisa bersantai menikmati pertunjukan musik dan kuliner. Ini yang kami maksud dengan kolaborasi: semua pihak bisa menikmati momen bersama di lapangan bola," tambahnya.
Utamasia Youth Competition 2025 tidak hanya fokus pada pertandingan. Acara ini dimeriahkan dengan panggung seni, lomba menyanyi dan tari (tanpa biaya pendaftaran), serta belasan tenda kuliner gratis. Semua elemen ini bertujuan menciptakan suasana festival yang menyenangkan bagi pemain, orang tua, dan penonton.
Gusti Lubis menegaskan komitmennya untuk terus mengembangkan sepak bola Sumatera Utara dari akar rumput melalui Utamasia. "Ke depan, kami akan melanjutkan Liga dan Copa Utamasia untuk kelompok usia 8-15 tahun. Kami juga sedang merancang festival serupa di liburan akhir semester ganjil bulan Desember, dengan target peserta mencapai 96 tim dan mungkin digelar di dua lokasi sekaligus," ungkapnya.
Ia berharap ajang ini bisa menjadi inspirasi bagi penggiat sepak bola lainnya. "Sepak bola usia dini tidak semata-mata tentang menang kalah. Sesuai filosofi Filanesia, usia 6-9 itu fase bermain-belajar, dan usia 9-13 belajar-bermain. Jadi bermain tetap jadi inti, dan itulah yang kami bangun di sini," tegas Gusti.
Direktur Teknik Asprov PSSI Sumut, Ridwan Saragih, turut mengapresiasi gelaran ini. "Kami dari Asprov sangat menghargai inisiatif ini. Kegiatan seperti ini sejalan dengan program pengembangan sepak bola usia dini kami," kata Ridwan.
Ia menekankan pentingnya menit bermain dan edukasi bagi anak-anak, serta pentingnya pelatih berlisensi sesuai jenjang usia untuk memastikan pengembangan yang relevan dengan perkembangan zaman.
Utamasia sendiri lahir dari halaman rumah Donny Fernando Siregar pada tahun 2020 di tengah pandemi. Berawal dari latihan anaknya yang menarik minat anak-anak lain, aktivitas ini berkembang menjadi komunitas yang kini memiliki lapangan layak. Nama 'Utamasia' terinspirasi dari gabungan nama Jalan Utama dan akademi La Masia milik Barcelona.
"Rumput rumah dari tebal sampai tandus, semua hilang. Latihan tetap jalan meski hujan. Bahkan istri saya ikut bantu mandikan anak-anak dengan air hangat setelah latihan. Semua gratis, belum ada iuran apa-apa," kenang Donny sembari tertawa.
Kini, Utamasia rutin menggelar kompetisi kelompok usia U-8, U-10, dan U-12. Untuk kelompok usia U-13 dan U-15, kompetisi digelar di Lapangan Cadika dan PPLP Sumut, dengan dukungan penuh dari Gusti Lubis sebagai investor.
"Desember nanti kami juga akan kembali menggelar event seperti ini, dan sebelum itu ada Copa Utamasia. Kami akan terus menjaga konsistensi untuk menciptakan ekosistem sepak bola anak yang sehat," tutup Donny.
Editor : Jafar Sembiring