Tak Sekadar Rajutan, Hasil Handmade Animers Craft Punya Sentuhan Seni Penuh Rasa

Usaha rajut milik Anita bermula pada Februari 2020 dengan nama sederhana Pondok Rumah Anita. Nama itu mencerminkan kehangatan dan kesederhanaan tempat ia mulai merajut mimpi. Namun seiring waktu, ia merasa perlu menghadirkan identitas yang lebih kuat dan mudah dikenali di pasar yang lebih luas. Maka, pada tahun 2023, nama itu resmi berganti menjadi Animers Craft, dengan harapan bisa membawa nuansa yang lebih modern dan berkelas internasional. Langkah itu semakin mantap saat pada 2025, ia mendaftarkan hak kekayaan intelektual (HAKI) atas produk-produknya, menandai keseriusannya membangun merek yang otentik dan terlindungi secara hukum.
Setiap hari, Anita menjalani perannya sebagai ibu rumah tangga sambil terus menenun impian dari benang-benang rajut. Di salah satu sudut rumahnya, ia telah mengubah sebuah ruangan menjadi studio pribadi, tempat kreativitasnya tumbuh dan benang-benang warna-warni disulap menjadi karya seni yang unik. Untuk menghasilkan produk berkualitas, ia memilih bahan benang premium yang ia datangkan langsung dari Bandung dan Jakarta, karena jenis dan variasi benang di Medan masih terbatas.
Setiap jenis produk memerlukan benang khusus, benang untuk tas berbeda dengan benang untuk pakaian, dan lain lagi untuk boneka. Ketelitian dan pemahaman akan karakter setiap benang menjadi bagian dari keahliannya dalam menciptakan produk yang bukan hanya indah, tetapi juga tahan lama dan bernilai tinggi. “Semuanya masih saya kerjakan sendiri. Tapi kalau pesanan banyak, saya bisa ajak teman-teman dari komunitas rajut juga,” katanya.
Ragam produk rajutan Anita mencerminkan luasnya kreativitas dan keterampilannya. Dari boneka amigurumi yang menggemaskan, tas-tas rajut dengan detail rumit, topi hangat nan stylish, hingga baju rajutan yang elegan, semuanya dibuat secara manual dengan ketelitian tinggi. Setiap produk membutuhkan waktu dan perhatian yang berbeda. Untuk satu helai baju rajut, proses pengerjaan bisa memakan waktu hingga dua minggu, tergantung pada desain dan kerumitannya. Sementara itu, sebuah boneka amigurumi bisa diselesaikan dalam satu hari saja, menyesuaikan tingkat kesulitan dan jumlah detail yang harus dirajut.
“Pola-pola saya banyak pelajari dari Pinterest. Karena memang sudah hobi dari dulu, jadi sekalian saya produksi,” tutur Anita dengan senyum. Bahkan saat masih aktif bekerja di kantor, ia telah menerima berbagai pesanan, mulai dari kaus kaki, topi, hingga aksesori fesyen lainnya. Hobi yang dulu hanya menjadi pelengkap waktu luang itu kini telah tumbuh menjadi usaha yang penuh warna dan bernilai ekonomis.
Meski belum punya filosofi khusus dalam setiap karyanya, Anita sedang merancang kombinasi antara motif tenun Batak seperti ulos dengan rajutan, sebuah upaya untuk menonjolkan budaya Sumatera Utara sekaligus ikut melestarikannya.
Namun Anita tak menampik bahwa menjadi pelaku usaha handmade di Indonesia bukanlah perkara mudah. Ada tantangan besar yang kerap ia hadapi, terutama soal persepsi pasar. “Banyak orang masih menganggap produk handmade itu mahal,” ujarnya dengan nada pelan, namun tegas.
Editor : Chris