Seorang kolektor asal Jakarta Tiko Wijayantya yang menghadiri Art Karo menegaskan soal nilai investasi pada seni. Laki-laki yang berprofesi sebagai dokter bedah ini mendorong agar seniman Karo terus berkarya.
“Mengoleksi karya seni ada nilai investasinya. Ini juga yang membuat saya ingin terus mengoleksi karya seni,” kata Tiko.
Dia ingin peluang investasi ini bisa dilirik oleh para seniman. Menjadi semangat untuk terus berkarya.
“Sehingga kita tidak takut lagi untuk menjadi seniman di Indonesia,” katanya.
Seniman lukis Lenny Nurvitasari (LNVS) mengaku terharu bisa ikut memamerkan karyanya di Art Karo. Bagi dia, ini menjadi semangat baru dia kembali melukis.
“Saya terakhir pameran sekitar satu dekade lalu. Ketika saya ditawari Art Karo, seperti bukan saya yang menjawab. Ini ibarat menjadi panggilan semesta,” ucap perempuan yang berprofesi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Karo ini.
Seniman idealis ini menilai, Art Karo menjadi ruang baru bagi dirinya untuk kembali berkarya lewat lukisan. Karena, bagi Lenny, melukis adalah caranya untuk mencurahkan segala bentuk perasaannya.
“Saya mengalihkan kegaduhan dalam diri saya ke dalam lukisan. Bagi saya melukis bukan untuk membuat saya menjadi terlihat seperti seniman. Melukis hanya untuk membangun kepekaan jiwa dan pengendalian diri,” katanya.
Dalam Art Karo, Lenny memamerkan 13 lukisannya. Karya itu dihasilkannya dalam waktu yang singkat.
“Saya sendiri tidak percaya bisa melakukan ini. Ini bukan tentang proyek. Saya bilang, ini bukan saya yang melukis. Bagi saya ini semesta yang melukis,” pungkasnya.
Art Karo juga menambah cara pandangnya sebagai seniman.
"Setelah saya kenal dengan teman-teman Art Karo, saya mendapat gambaran berbeda. Bahwa seni bisa menjadi industri,” pungkasnya.
Editor : Chris