MEDAN, iNewsMedan.id - Manusia selalu merasa tidak puas dengan apa yamg telah didapatkannya. Ketika ketidakpuasan menjadi terlalu besar, bisa menyebabkan kecemasan, stres, dan keinginan yang tidak terkendali, yang mungkin menghalangi rasa syukur dan ketenangan batin.
Itulah sebabnya menemukan keseimbangan antara ambisi dan rasa syukur sangat penting. Menerima apa yang kita miliki sambil tetap berusaha berkembang memungkinkan untuk menjalani hidup dengan lebih puas dan bahagia.
Seperti dalam sebuah hadis disebutkan: MANUSIA TIDAK PUAS DENGAN SATU LEMBAH EMAS
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاس وأنس بن مالك رَضِي الله عنْهُم أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « لَوْ أَنَّ لابْنِ آدَمَ وَادِياً مِنْ ذَهَبِ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وادِيانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوب اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ » مُتَّفَقٌ عَليْهِ
Dari Ibnu Abbas dan Anas bin Malik radhiallahu ‘anhum bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Andaikata seorang anak Adam -yakni manusia- itu memiliki selembah emas, ia tentu menginginkan memiliki dua lembah -emas lagi- dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih, HR. Bukhari no. 6437 dan Muslim no. 1049)
Faedah Hadis
Haditst ini memberikan faedah-faedah berharga, di antaranya;
1. Manusia cinta dan sangat bersemangat untuk terus menerus mengumpulkan harta dan kemewahan dunia lainnya. Semangat seperti ini tercela jika sampai membuat lalai dari ketaatan dan hati menjadi sibuk dengan dunia daripada akhirat.
2. Pemutus kelezatan dunia adalah kematian, oleh karena itu, jika seorang insan telah terlena dengan gemerlapnya dunia dan kemewahannya, maka di antara obat mujarab yang dapat mengembalikan kesadarannya adalah dengan banyak mengingat kematian dan ajalnya yang semakin dekat.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta