MEDAN, iNewsMedan.id - Universitas atau perguruan tinggi merupakan jenjang lanjutan untuk pendidikan yang lebih tinggi. Banyak siswa saling berkompetisi untuk masuk ke jenjang pendidikan ini. Karena banyaknya minat siswa, hal ini menyebabkan adanya penyaringan dengan tiga jalur utama, yakni SNBP, SNBT, dan Mandiri. SNBP dan SNBT merupakan program seleksi yang langsung dibawahi oleh Kemendikbudristek.
Berbeda dengan kedua jalur seleksi tersebut, mandiri merupakan program yang diselenggarakan oleh masing-masing universitas secara langsung dalam penerimaan mahasiswa baru. Karena biaya seleksinya yang mahal dan partisipasi yang tidak sebanyak SNBP dan SNBT, mandiri kerap dianggap seleksi termudah untuk masuk ke perguruan tinggi dan dianggap hanya bermodalkan uang.
Hal ini sempat didengar oleh salah satu mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang bernama Mhd Afifan Aly Rahman atau yang biasa dipanggil Afif.
“Saya dengar mereka mengatakan, mahasiswa mandiri biasanya itu mahasiswa yang dipandang orang kaya, padahal tidak semuanya. Mahasiswa yang dipandang biasanya karena punya uang bisa masuk kuliah. Mahasiswa mandiri biasa dipandang orang yang ga mampu ikut ujian atau biasa gak pintar, padahal gak menutup kemungkinan sekarang mahasiswa mandiri itu bisa jadi karena kurangnya kuota atau kesempatan,” ujar Afif.
Sebagai mahasiswa yang lulus seleksi mandiri, tentunya ia tidak ingin dirinya dipandang hanya bermodalkan uang oleh teman-temannya. Mulai dari sinilah tumbuh motivasi Afif untuk membuktikkan bahwa dirinya merupakan mahasiswa yang bernilai.
Hal yang dilakukan Afif untuk mematahkan argumentasi tersebut adalah dengan menjadi mahasiswa yang aktif di kampusnya. Dia kerap mengikuti beberapa organisasi seperti Pema (Pemerintahan Mahasiswa) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknologi Informasi. Karena hal ini juga, Afif pernah diminta untuk menjadi narasumber dalam memotivasi mahasiswa baru di jurusannya.
Afif juga turut mengikuti seleksi dan lolos beasiswa Karya Salemba Empat (KSE) USU untuk membuktikkan bahwa dirinya memang bermutu. Dengan terpilihnya Afif sebagai penerima beasiswa KSE, dia pun resmi menjadi salah satu anggota aktif di Paguyuban Karya Salemba Empat. Salah satu kegiatannya adalah memberikan pelajaran sekolah kepada orang-orang yang kurang beruntung untuk mendapatkan pendidikan. Karena hal ini, Afif menjadi semakin aktif di dalam maupun luar kampus.
Tidak berhenti sampai di sana, Afif juga mencoba untuk mengikuti PKM (Pekan Kreativitas Mahasiswa). Afif dan timnya berhasil membawa proyek mereka hingga lulus Pimnas (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional). Kini, mereka sedang sibuk untuk persiapan sebelum keberangkatan ke Unpad pada tanggal 26 November mendatang untuk berlaga dengan tim lain dari berbagai perguruan tinggi di ajang Pimnas.
“Don’t Judge A Book By Its Cover,” adalah kalimat yang pantas untuk seorang Afif. Mahasiswa mandiri yang selama ini dipandang sebagai mahasiswa yang masuk ke universitas dengan materi, terpatahkan oleh dirinya. Motivasi dan tindakan yang dia lakukan untuk membuktikan bahwa argumentasi tersebut salah, merupakan salah satu contoh untuk tidak menilai seseorang berdasarkan kulitnya saja. Terakhir, terdapat pesan dari Afif untuk siswa yang akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
“Pesan saya untuk siswa yang akan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Pertama ialah, pendidikan itu penting, jadi di mana pun kita kuliah, jangan pernah malu. Karena, ketika kita emas, di mana pun kita berada, kita tetap bisa berkarya apa pun jalurnya. SNBP, SNBT, atau mandiri sekali pun itu hanya masalah rezeki, kesempatan, dan peluang. Harus ditanamkan dalam diri bahwa usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Habiskanlah jatah gagal kita agar di masa kita tinggal menuai kesuksesan,” tutur Afif.
Editor : Odi Siregar