"Kerja paling kalau ada panggilan. Ada yang nyuruh untik nyangkul ya nyakngkul. Untung masih kuat. Tapi kalau tidak ada panggilan ya di rumah saja," ujarnya.
Kedua lansia ini hidup di rumah yang sempit dan tidak layak. Separuh dindingnya terbuat dari tembok dan separuhnya lagi dari anyaman bambu. Banyak atap yang bolong dan seringkali bocor saat hujan.
Di Teras rumah yang tingginya kurang dari 1,5 meter ini terdapat tempat untuk mencuci piring. Terdapat dua kamar yang sempit dan pengap untuk mereka tiduri bersama cucunya.
Sementara untuk ruang tamu dan dapur menyatu di depan pintu kamar dan tanpa sekat. Untuk MCK, berada di belakang rumahnya dan terbuka tanpa atap dan pintu.
Mereka juga harus menimba air di sumur tetangga yang jaraknya kurang lebih 50 meter untuk memenuhi kebutuhan MCK. Untuk listrik telah terpenuhi, hasil dari jerih payah sang cucu bekerja sebagai pelayan warung makan.
"Kemarin listrik sudah dipasang dari cucu yang kerja di warung makan. Tapi untuk kebutuhan sehari-hari ya kadang kurang," katanya.
Sementara itu, Ketua RT 03 RW 06 Desa Jagapura, Tarjono (53) mengaku sering meminta para tetangga untuk sering membantu Tasirun.
Hal ini lantaran usia Tasirun dan isterinya yang sudah renta tak memungkinkan untuk terus bekerja serabutan. Namun demikian, Tasirun tercatat sebagai penerima bantuan dari pemerintah, baik program BPNT maupun PKH.
Artikel ini telah terbit di halaman iNewsJateng.id dengan judul Potret Pilu Pasangan Lansia Miskin di Brebes, Tak Mampu Beli Beras hingga Utang ke Warung
Editor : Odi Siregar