MALAIKAT beristighfar atau memohon ampunan kepada Allah Ta'ala bagi peminum kopi, bahkan jika masih ada bau aroma kopi sekalipun dari mulutnya, benarkah hal itu?
Penyataan ini sama sekali tidak ada dalil sahihnya yang menjelaskan hal itu. Ini semua tidak benar sama sekali. Berbicara tentang perkara ghaib memerlukan dalil dari wahyu bukan ucapan para ulama tanpa dalil, cerita-cerita, hikayat-hikayat, apalagi hanya berupa mimpi-mimpi yang tidak ketahui kejelasannya secara ilmiyyah.
Disebutkan dalam salah satu fatwa :
القهوة لم تكن -قطعًا- على عهد النبي -صلى الله عليه وسلم-، وأنه ليس عنه ولا عن أحد من الصحابة ولا التابعين نص في مدحها أو ذمها؛ فما ذكر من أن الملائكة تستغفر لشاربها كلام باطل مقطوع ببطلانه ونكارته، وكذا ما يذكر من أن من يكره شربها ممسوس فهو من الأقوال المنكرة الباطلة، التي لا أصل لها، وكم من الفضلاء ممن يكرهون شرب القهوة، وكم منهم من يتعاطاها، والخلاصة: أنها من الشراب المباح الذي لا يمدح ولا يذم.
“Kopi itu secara meyakinkan tidak ada di zaman Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Kopi tidak ada keterangan dari beliau tidak pula dari sahabat beliau tidak pula dari tabiin yang memuji ataupun mencela kopi.
Ustadz Abul Aswad Al-Bayati menjelaskan, apa yang disebutkan bahwa malaikat memintakan ampun bagi orang yang minum kopi adalah ucapan batil dan mungkar. Demikian pula apa yang disebutkan bahwa orang yang menolak minum kopi adalah orang dungu ini adalah ucapan yang batil lagi mungkar yang tidak ada asalnya sama sekali.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta