Usulkan Program Krusial untuk Kepulauan Nias Daerah 3T, HIMNI Sumut Surati Jokowi

Menurutnya, salah satu pemicu masih tingginya kemiskinan dan ketertinggalan tersebut adalah rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) di Kepulauan Nias. SDM yang rendah sangat erat kaitannya dengan kemampuan rakyat mengakses pendidikan yang murah, terjangkau dan berkualitas.
"Warga dan daerah Kepulauan Nias sulit bangkit lebih cepat. Secara khusus, dua kondisi yang kerap mendera warga Nias dari waktu ke waktu yakni lemahnya daya ekonomi serta keterisoliran geografik. Kondisi ini harus bisa diselesaikan dengan pendekatan NEGARA HADIR dan NEGARA MEMIHAK, secara komprehensif, intensif dan berkesinambungan bagi warga dan daerah Kepulauan Nias," ungkapnya.
Berkaitan dengan masalah tersebut di atas, lanjutnya, HIMNI mengusulkan sejumlah agenda dan program krusial di bidang Pendidikan kepada Pemerintah Pusat, yakniPeningkatan sarana dan prasarana pendidikan yang murah, terjangkau dan berkualitas di Kepulauan Nias, dimulai dari pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi.
Kemudian, Peningkatan jumlah dan kualitas staf pengajar dengan distribusi yang lebih adil dan merata di Kepulauan Nias. Selanjutnya, Peningkatan Bantuan Program Pendidikan dalam bentuk Program Indonesia Pintar (PIP) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) bagi anak-anak Nias yang tidak mampu. Sebagai daerah tertinggal dan termiskin seharusnya PIP maupun KIP lebih banyak diarahkan ke daerah Kepulauan Nias. Akses dan kuotanya seharusnya lebih diperluas dan diperbesar sebagai target prioritas program.
"Segera membuka Lokasi Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Kepulauan Nias, sebagaimana telah disuarakan secara masif beberapa waktu terakhir ini. Selama ini di setiap tahunnya ada belasan ribu anak lulusan SMA/SMK/MA dari 242 Sekolah SMA/SMK/MA sulit dan gagal mengikuti tes masuk PTN karena lokasinya sangat jauh di Kota Medan. Untuk bisa ke Medan harus melewati jalur laut Samudra Hindia 10 Jam semalaman dari Kota Gunungsitoli ke Kota Sibolga, dilanjutkan jalur darat dari Kota Sibolga ke Kota Medan yang menempuh sekitar 10 jam lamanya. Risiko perjalanannya cukup tinggi dan sangat melelahkan," ungkapnya lagi.
"Apabila naik pesawat juga sangat memberatkan karena harga tiket yang mahal sekitar Rp 3.000.000/org pulang pergi, ditambah biaya penginapan dan biaya lainnya. Kuliah di PTN merupakan impian terbesar bagi anak-anak Nias yang kurang mampu," sambungnya.
Editor : Ismail