Mengenal Anak Korban Tsunami Aceh Diterima di UGM Tanpa Tes
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2023/07/10/ce81d_anak-korban-tsunami.jpg)
YOGYAKARTA, iNewsMedan.id - Anak korban Tsunami Aceh bernama Muhammad Arifin Ilham lolos menjadi mahasiswa Universitas Gadjah Mada lewat jalur seleksi nasional berdasarkan prestasi (SNBP) 2023.
Arifin diterima di Prodi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol). Dia menjadi penerima UKT Pendidikan Unggul bersubsidi 100 persen atau UKT 0 dari UGM yang dibebaskan dari biaya kuliah hingga delapan semester. Arifin menjadi kandidat penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) dari pemerintah.
Arifin merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Mukhlis (46) dan Afrianti (40) asal Desa Lamgeu eu, Peukan Bada, Aceh Besar. Ayahnya menjalankan usaha toko kelontong dengan penghasilan antara Rp1-Rp1,5 juta per bulan.
Arifin lahir di barak pengungsian, tiga bulan setelah Tsunami Aceh. Selama dua tahun dia tinggal di barak pengungsian karena rumah orang tuanya rata dengan tanah. Arifin lahir prematur di usia kandungan tujuh bulan dengan bobot 1,3 Kg.
“Saat tsunami usia kandungan ibu baru lima bulan. Alhamdulillah, bapak dan ibu berhasil selamat dari tsunami, lari ke bukit,” tuturnya.
Dua tahun usai tsunami, keluarganya kembali ke kampung halaman menempati rumah bantuan dari pemerintah. Ayahnya kemudian memulai usaha toko kelontong, warisan keluarga di Desa Keudebing yang berjarak 4 kilometer dari rumahnya.
Meski hidup sederhana, Arifin justru meraih prestasi di bangku sekolah. Sejak SD hingga SMP ia selalu masuk tiga besar di sekolah. Sedangkan pada jenjang SMA selalu meraih ranking satu dan mendapatkan beasiswa pendidikan. Sederet prestasi di tingkat nasional pernah diraih, seperi juara pertama kompetisi Bahasa Inggris Jenius Competition 2022, juara 1 lomba esai FPCI UGM 2022, dan juara 1 Olimpiade Bahasa Inggris yang digelar PT Bima Competition.
Keinginan berkuliah semakin menguat karena dorongan dari guru di sekolahnya MAN 1 Banda Aceh. Arifin menjatuhkan pilihan ke UGM sebagai tempat untuk melanjutkan studi.
“Sejak SMP memang pengen kuliah di UGM,” katanya.
Kedua orang tuanya juga memberkan restu kepadanya untuk kuliah. Asalkan mencari beasiswa pendidikan, karena kondisi ekonominya tidak memungkinkan.
Editor : Odi Siregar