BELAKANGAN ini spirit dolls menjadi fenomena yang menghebohkan di dunia maya maupun di kalangan masyarakat luas. Pasalnya boneka mungil yang mirip manusia diperlakukan layaknya seperti bayi sungguhan.
Diketahui sebelumnya, beberapa selebriti memiliki boneka spirit dolls tersebut. Seperti Ivan Gunawan yang terang-terangan memperlakukan dua boneka miliknya seperti anak bayinya sendiri serta diberi nama Miracle dan Marvelous.
Kegemaran bermain dan memiliki boneka ini juga bisa ditemui di kalangan masyarakat biasa. Contohnya pada Sandra Susan, ibu rumah tangga asal Cimahi, Jawa Barat yang diketahui merupakan kolektor boneka mirip bayi.
Sandra menerangkan, kesukaan dirinya mengoleksi boneka-boneka mirip bayi manusia ini hanyalah untuk menyalurkan hobinya saja.
Seperti halnya bayi manusia yang baru lahir dan memiliki akta lahir, Sandra mengoleksi boneka jenis Reborn Baby Dolls yang ia beri nama Tiffany, Luca, Riley dan Chloe tersebut lengkap dengan sertifikat yang memuat data informasi spesifikasi boneka tersebut, contohnya berat alias bobot boneka yang ternyata tak beda seperti berat badan bayi manusia pada umumnya.
Bukan hanya bobot yang mirip, bahkan tekstur kulit boneka-boneka yang terbuat dari silicone vinyl ini juga dilihat seperti kulit dan urat nadi manusia.
Menjadi kolektor boneka Reborn Baby Dolls ini, Sandra tak main-main karena boneka-boneka kepunyaannya itu rata-rata ia impor dari Amerika, Jerman, dan Australia. Tak heran, harganya pun cukup fantastis, berada di kisaran mulai dari Rp7 juta hingga Rp20 juta.
Sehubungan dengan maraknya isu sosial ini, lewat akun Twitternya, “@mbahndi”, dr Andri, SpKJ, FAPM, Psikiater Klinik Psikosomatik RS Omni Alam Sutera, ia menyebutkan orang-orang yang hobi mengoleksi, merawat atau memperlakukan spirit doll tersebut sebenarnya tidak perlu diberi perhatian lebih atau dengan kata lain cukup dibiarkan saja.
“Kalau ternyata "merawat" #spiritDoll hanyalah bagian dari fenomena sesaat atau juga lebih karena ada pemikiran khusus sesuai kebudayaan yang dia percaya ya biarkanlah,” kata dr. Andri
Dengan catatan, selama orang tersebut memang tak menganggu kehidupannya sendiri.
“Asalkan tidak mengganggu dan menurunkan kualitas hidupnya. Tidak usah diberi perhatian berlebihan juga," pungkas dr Andri.
Editor : Chris