get app
inews
Aa Text
Read Next : WOM Finance Cetak Laba Bersih Sebesar Rp 151 Miliar Hingga Kuartal-III Tahun 2024

Lewat Reksa Dana Bisa Hindari Jebakan "Sandwich Generation"

Jum'at, 17 Februari 2023 | 20:53 WIB
header img
Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumatera Utara (Sumut), M Pintor Nasution. (Foto: Isna/iNewsMedan)

MEDAN, iNewsMedan.id - Siklus kehidupan dimulai sejak seseorang dilahirkan. Namun yang paling penting diingat yakni ketika memasuki siklus usia produktif, yaitu usia bekerja di rentang umur 20-55 tahun.

Pada rentang usia ini, mayoritas individu memasuki periode waktu bekerja untuk menghasilkan income.

Kemudian, memasuki usia pensiun di atas 55 tahun dan seterusnya, setiap individu akan memasuki fase terakhir dalam kehidupan.

Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumatera Utara (Sumut), M Pintor Nasution mengatakan, dalam rentang waktu yang tergolong panjang ini, harga-harga kebutuhan pokok dan kebutuhan sekunder akan mengalami kenaikan atau  inflasi.

Sehingga, di siklus terakhir kehidupan kita, kebutuhan akan uang menjadi lebih besar dibanding saat usia produktif.

Padahal di usia pensiun, seseorang umumnya sudah tidak lagi bekerja dan tidak memiliki sumber pendapatan seperti sedia kala.

"Adapun cara bertahan hidup di usia pensiun adalah menggunakan uang yang dipersiapan saat usia produktif. Namun apakah cukup?" katanya di Medan, Jumat (17/2/2023).

Menurut Pintor, menabung saja tidak akan cukup  mengimbangi kenaikan harga-harga barang di masa kita pensiun.

"Jadi, salah satu cara  yang bisa dilakukan untuk mencegah penyusutan nilai (mata uang) setiap tahunnya adalah melalui investasi di usia produktif," ujarnya.

Dia menjelaskan, banyak yang belum memahami bagaimana cara berinvestasi yang praktis, mudah, dan terjangkau, terutama  bagi generasi milenial yang baru mulai berkarir.

Dalam bayangan sebagian kaum milenial, berinvestasi butuh modal besar, sehingga seringkali mayoritas anak muda menunda atau menunggu punya uang dalam jumlah yang besar.

Hal yang terjadi, tidak mulai-mulai berinvetasi, dan tanpa sadar sudah memasuki usia pensiun.

Oleh karena itu, banyak yang kemudian menjadi generasi “Sandwich” atau generasi yang terjepit, karena perlu membiayai orang tua yang sudah pensiun dan membiayai anak-anak mereka.

"Kita putus jebakan menjadi 'Sandwich Generation' dengan cara berinvestasi sejak dini. Yaitu, sejak ketika mendapatkan income pertama, atau gaji pertama," ungkap dia.

Caranya, jelas dia, dengan menyisihkan 10 persen saja dari total penghasilan per bulan. Kemudian, setiap individu dapat mengalokasikan dana tersebut dengan cara membeli produk investasi reksa dana yang terjangkau buat kantong milenial.

Cukup dengan Rp100 ribu per bulan, masing-masing calon investor bisa mulai berinvestasi reksa dana. Prinsip investasi salah satunya adalah berinvestasi sedini mungkin  agar dapat melipatgandakan uang di masa depan.

Artinya, dana investasi yang dikelola setiap individu berpotensi memberikan  return investasi setiap tahun. Walaupun hanya Rp 100 ribu tiap bulan,  jika disisihkan secara konsisten selama 30 tahun ke depan, nilainya akan bertumbuh.

"Bagaikan bibit tanaman yang dalam jangka panjang akan menjelma menjadi pohon yang kokoh dan tidak berhenti berbuah," pungkasnya.

Editor : Odi Siregar

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut