Menurutnya banyak investor berlomba-lomba untuk masuk ke industri startup reservasi tiket. Sehingga dia berpikir bakal ketinggalan gerbong apabila tidak segera menyeriuskan ketertarikannya untuk memulai bisnis startup tersebut.
Sebagai informasi, pada 2012, konsep bisnis Traveloka adalah situs pencari dan pembanding tiket pesawat. Bersama kedua sahabatnya Derianto Kusuma dan Albert S Ferry, mereka mendirikan startup yang saat ini berstatus unicorn itu.
Ferry menilai, orang-orang tidak hanya ingin mencari tiket yang murah tetapi juga ingin memesan langsung tiket sendiri. Sehingga tepat pada pertengahan tahun 2013, Traveloka berubah menjadi situs reservasi (pemesanan) tiket pesawat.
Ferry mengaku, banyak hal yang harus dipelajari ketika mengawali Traveloka. Tantangan terberat adalah bagaimana cara mengelola tim yang awalnya berjumlah delapan orang menjadi belasan, puluhan hingga ratusan orang. Banyak juga hal yang harus dilakukan sebagai perusahaan baru, termasuk membentuk budaya perusahaan dan membangun manajemen yang solid.
Selain itu, permasalahan lainnya juga hadir yaitu banyak maskapai penerbangan yang tidak bersedia bekerja sama dengan Traveloka. Oleh karena itu, Ferry berusaha meyakinkan perusahaan-perusahaan maskapai penerbangan dan juga memperbaiki sistem layanan pelanggan (customer service).
Hal itu yang kemudian membuat Traveloka berkembang dengan pesat hingga saat ini. Tidak hanya itu, kesuksesan Traveloka sebagai agen tiket online di Indonesia juga membuat nama Ferry Unardi yang kini menjabat sebagai CEO Traveloka ikut melejit dan dikenal banyak orang.
Itu tadi ulasan kisah sukses pendiri Traveloka, Ferry Unardi yang berani keluar dari zona nyaman dan pantang menyerah membangun bisnisnya. Semoga kisahnya menginspirasi Anda untuk memulai bisnis.
Artikel ini telah terbit di halaman iNews.id dengan judul Kisah Sukses Pendiri Traveloka, Keluar dari Zona Nyaman hingga Kalahkan Rasa Insecure
Editor : Odi Siregar