Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Sebagai contoh, harga menu makanan di restoran yang ada mall saat ini rata-rata sebesar Rp50.000. Jika tingkat inflasi tahunan adalah 10 persen, maka harga makanan yang sama di tahun mendatang adalah Rp55.000.
Dua faktor yang mendorong terjadinya inflasi terdiri dari sisi permintaan (demand-pull inflation) dan sisi penawaran (cost-push inflation). Inflasi dari sisi permintaan dapat terjadi karena kenaikan populasi, peningkatan selera masyarakat, kenaikan pendapatan secara umum, faktor musiman, dan lain-lain.
Sementara itu, faktor-faktor terjadinya inflasi dari sisi penawaran, yaitu depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara mitra dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price), guncangan suplai akibat bencana alam, terganggunya distribusi barang, perang, dan lain-lain.
"Maka itu, dibutuhkan sebuah instrumen keuangan yang tepat dalam melawan inflasi. Hal ini bertujuan untuk menghindari diri dari penyusutan nilai uang serta memberikan potensi keuntungan yang lebih tinggi. Instrumen tersebut dikenal dengan instrumen investasi," ujar Kepala Perwakilan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumatera Utara, M Pintor Nasution secara terpisah.
Pintor menuturkan, terdapat beberapa pilihan produk investasi di pasar modal Indonesia. Berbagai produk seperti saham, obligasi, reksa dana, ETF, dan lain-lain, dapat diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Instrumen-instrumen investasi ini bahkan mampu memberikan potensi imbal hasil di atas persentase inflasi yang dihadapi dari tahun ke tahun.
Seperti yang diketahui, inflasi kebutuhan pokok setiap tahun berkisar pada 4-5 persen. Sementara barang seperti kendaraan, rumah, dan biaya sekolah serta biaya kesehatan seperti rumah sakit, meningkat di atas inflasi kebutuhan pokok yang bisa mencapai 10-15 persen per tahun.
Angka perkiraan inflasi inilah yang menjadi patokan dalam memilih instrumen. Jadi, portofolio investasi akan disusun berdasarkan kebutuhan di masa depan dan jangka waktu dalam berinvestasi, yang tentunya tetap memperhitungkan risiko investasi masing-masing.
Editor : Odi Siregar