Live Science menghubungi beberapa arkeolog untuk mengungkap misteri belati Firaun tersebut.
Albert Jambon, seorang peneliti di Universitas Sorbonne di Prancis tidak yakin dengan pendapat bahwa pembuatan pisau itu dilakukan di Anatolia.
Jambon membantah klaim bahwa plester kapur digunakan sebagai perekat. Dia mencatat bahwa pada 1920-an, bubuk batu kapur digunakan untuk membersihkan beberapa artefak Tutankhamun.
Tes kimia yang digunakan dalam penelitian ini mendeteksi larutan pembersih itu bukan perekat. Selain itu, pegangan dan bilahnya adalah dua bagian yang terpisah dan bisa saja diproduksi di tempat yang berbeda, kata Jambon dalam sebuah email.
Sementara itu, Marian Feldman, W.H. Collins Vickers ketua arkeologi di Universitas Johns Hopkins, mengatakan bahwa jika belati itu diproduksi di Anatolia benar akan menjadi konfirmasi penting.
"Itu bisa menguatkan pendapat bahwa beberapa benda mewah yang ditemukan di makam Tutankhamen adalah hadiah diplomatik dari kerajaan kuno lain," tulis Feldman melalui email. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan tersebut, tambah Feldman.
Artikel ini telah terbit di halaman SINDOnews.com dengan judul Arkeolog Pastikan Material Belati Firaun Bukan Berasal dari Bumi
Editor : Odi Siregar