MEDAN, iNewsMedan.id - Pada awal pekan, akan ada rilis data neraca perdagangan yang menjadi data pembuka. Sejauh ini diproyeksikan neraca perdagangan tetap akan surplus, meskipun tren surplusnya mengalami penurunan. Selang satu hari setelahnya, China akan merilis data pertumbuhan ekonominya, yang diperkirakan akan tumbuh (3.4 persen) di kuartal ketiga secara tahunan.
Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, data dari jerman menjadi data selanjutnya yang akan berpengaruh terhadap pergerakan pasar. Data indeks sentimen ekonomi jerman yang akan kembali melemah dan ekspektasi meningkatnya data inflasi inti Eropa, juga akan diikuti dengan rilis data inflasi inggris yang akan naik di level 10 persen secara year on year (yoy) pada bulan September. Mengacu kepada data tersebut, pelaku pasar pada dasarnya masih dikuatirkan dengan adanya potensi tekanan pada pasar keuangan secara keseluruhan.
"Hal yang tak kalah penting adalah, selama sepekan nantinya di China akan dipenuhi dengan jadwal kongres partai komunis China. Dimana dalam kongres tersebut akan menentukan apakah Presiden China Xi Jin Ping terpilih jadi Presiden atau tidak. Bahkan, dalam kongres tersebut pelaku pasar juga bisa mendapatkan gambaran terhadap kebijakan China kedepan, serta responnya terhadap perkembangan ekonomi dunia saat ini," katanya di Medan, Senin (16/10/2022).
Gunawan menjelaskan, adapun titik puncak dari semua kabar tersebut, Bank Indonesia (BI) akan kembali menetapkan besaran bunga acuannya di pekan ini. Akan tetapi sejauh ini diproyeksikan bahwa besaran bunga acuan akan tetap sama di level 4.25 persen.
"Saya menilai pola kenaikan suku bunga acuan pada dua bulan sebelumnya lebih dikarenakan oleh kebijakan pre-emptive untuk mengatasi potensi lonjakan inflasi di tanah air," jelasnya.
"Saya tidak melihat adanya kebijakan yang lebih merespon Bank Sentral AS saat agresif menaikkan suku bunga acuannya, termasuk sejumlah Negara lain yang juga turut menaikkan besaran bunga acuan. Jadi jika berkaca kepada pelemahan mata uang Rupiah yang terjadi selama sepekan kemarin, saya menilai hal tersbeut tidak lantas membuat BI menaikkan bunga acuan di pekan ini," sambung Gunawan.
Pada dasarnya kenaikan bunga acuan secara agresif di AS dan Negara lain akan memberikan tekanan pada Rupiah, termasuk potensi pelemahan dalam sepekan kedepan. Bahkan, kinerja IHSG juga masih berpeluang mengalami tekanan di pekan ini.
Secara teknikal, Rupiah kalaupun melanjutkan pelemahan akan tertahan di kisaran level 15.500, sementara IHSG yang berpeluang turun akan mencoba mendekati level psikologis 6.700. Disisi lain, harga emas berpeluang bergerak dalam rentang $1.635 hingga $1.675 per ons troy.
Editor : Odi Siregar