MEDAN, iNewsMedan.id - Bandara Udara Kualanamu (KNO) ditargetkan menjadi hub internasional di ASEAN. Pasalnya, pada 25 tahun mendatang, Bandara Kualanamu bisa mencapai 65 juta penumpang.
Hal itu disampaikan Presiden Direktur PT Angkasa Pura Aviasi, Ahmad Rifai dalam acara seminar 'Kualanamu sebagai Penghubung Internasional di ASEAN: Tantangan dan Realisasi' di Hotel Santika Medan, Selasa (20/9/2022).
Ahmad menjelaskan, untuk menjadi hub internasional, pihaknya berencana akan menambah tujuan baru di kawasan Asia Tenggara dalam lima tahun ke depan.
Bahkan, Bandara Kualanamu juga akan membangun konektivitas ke tujuan-tujuan di Asia Selatan, terutama kota-kota di India. "Dalam waktu dekat kita akan menjajaki kerja sama untuk membuka rute di India," jelasnya kepada wartawan.
Apalagi saat ini, KNO sudah melayani lima rute internasional pergi pulang, yakni Kulanamu-Kuala Lumpur, Kulanamu-Penang, Kualanamu-Singapura, Kualanamu-Madinah, dan Kualanamu-Bangkok.
"Target kami dalam 25 tahun ke depan, jumlah penumpang di Kualanamu bisa mencapai 65 juta penumpang. Tak hanya itu, target kami di 2032, ada pembangunan run away yang kedua di Kualanamu," ungkapnya.
Kini, pihaknya masih ingin memperbaiki jumlah trafic penumpang yang ada di Kualanamu pasca pandemi Covid-19. "Melihat jumlah angka penebangan saat ini di Kualanamu memang belum bisa. Angkanya masih di bawah 10 persen dan belum kembali seperti sebelum pandemi," ujarnya.
Sebelum pandemi, jumlah penumpang di Bandara Kualanamu bisa mencapai 29 ribu orang. Tapi saat ini masih berada di angka 16-23 ribu orang.
Meskipun begitu, GMR Airports Consortium yang memiliki porsi sebesar 49 persen saham Angkasa Pura Aviasi bakal memberikan pengalaman mereka dalam mengembangkan bandara internasional. "Kami dapat (berbagi keahlian) dari GMR. (keahlian) India di bidang (teknologi informasi) sangat bagus. Juga terkait (pengalaman komersial) yang akan kami bangun di Kualanamu," katanya.
Tahun ini GMR Group mengelola setidaknya delapan bandara internasional di dua benua. Salah satunya adalah Bandar Udara Internasional Mactan-Cebu, yang merupakan bandara tersibuk kedua di Filipina. Porsi penumpang penerbangan internasional di bandara tersebut naik ke 33,85 persen pada 2019 dari 25 persen pada 2014—kira-kira lima tahun sejak perusahaan India itu mulai mengelola.
GMR Airports Consortium merupakan patungan antara GMR Group dari India dan Aéroports de Paris Group (ADP) dari Prancis. GMR Airports Consortium memenangkan tender mengelola Kualanamu bersama PT Angkasa Pura II (51 persen saham) selama 25 tahun dengan skema kemitraan. Pengelolaan bandara dengan skema kemitraan ini senilai Rp84 triliun.
Angkasa Pura Aviasi memproyeksikan porsi penumpang penerbangan internasional bakal meningkat menjadi 32 persen pada 2030 dari porsi 18 persen pada 2023.
Untuk rencana pengembangan hub internasional ini di tengah dominasi Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta di Banten dan Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Bali dalam melayani penumpang penerbangan internasional di Indonesia.
Bahkan, Angkasa Pura Aviasi telah merencanakan lima tahap pembangunan untuk Bandara Kualanamu, dengan menambah area terminal di bandara terbesar ketiga Indonesia. Pembangunan ini akan menambah kapasitas seiring dengan pertumbuhan penumpang mulai dari 2023 hingga 2044.
Rifai menambahkan, pihaknya juga berencana untuk menambahkan landasan pacu kedua ketika Bandara Kualanamu mencatat kira-kira 30 juta penumpang per tahun yang diproyeksikan akan terjadi pada 2032.
"Bandara Kualanamu yang melayani rute internasional dengan tujuan empat negara tersebut menggunakan pesawat maskapai penerbangan, yakni Indonesia AirAsia, Singapore Airlines, Lion Air, Citilink, dan Batik Air. Data Bandara Internasional Kualanamu saat ini melayani 15.000 hingga 17.000 orang penumpang dengan pergerakan pesawat 120 sampai 130 kali frekuensi pada rute domestik maupun internasional setiap hari," pungkasnya.
Editor : Jafar Sembiring