MEDAN, iNews.id - Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) di tahun 2022 ini diprakirakan akan tetap bertumbuh lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang berkisar 3,5 hingga 4,3 persen.
"Hal itu dikarenakan semakin pulihnya mobilitas serta membaiknya daya beli yang mendorong konsumsi masyarakat," kata Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumut, Ibrahim dalam kegiatan Bincang Bareng Media di Medan, Selasa (26/7/2022).
Ibrahim mengungkapkan, tingginya harga komoditas utama, khususnya di periode semester II, serta didukung berlanjutnya Program Pemulihan Ekonomi Nasional juga diprakirakan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2022 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
"Akan tetapi, konflik geopolitik yang masih berlanjut dan berisiko memperpanjang krisis rantai pasok global serta potensi risiko melambatnya pertumbuhan ekonomi global yang dapat berpengaruh terhadap permintaan menjadi hal yang perlu diwaspadai," jelasnya.
Ibrahim menjelaskan, inflasi tahunan Sumatera Utara pada bulan Juni 2022 meningkat sebesar 5,6 1 persen (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mencatatkan angka 4,18 persen (yoy) dan berada di atas rentang target inflasi nasional 3±1 persen.
"Komoditas cabai merah menjadi faktor utama pembentukan inflasi di Sumatera Utara pada bulan Juni 2022 disebabkan oleh menurunnya pasokan cabai merah dari dalam dan luar Sumatera Utara sebagai dampak gangguan cuaca sehingga mendorong kenaikan harga komoditas tersebut," tuturnya didampingi Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumut, Azka Subhan.
Selain komoditas cabai merah, beberapa komoditas lain seperti minyak goreng, daging sapi, telur ayam, bawang merah, dan beras mencatatkan harga di atas range maupun rata-rata harga 3 tahun terakhir.
"Pada Juli 2022, inflasi Sumut, baik secara bulanan maupun tahunan diprakirakan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Kondisi tersebut diprakirakan dipengaruhi oleh masih tingginya curah hujan dan peningkatan sifat hujan di bulan Juli yang berpotensi mempengaruhi produktivitas sebagian komoditas, berlanjutnya kenaikan harga pupuk dan pakan ternak, tarif angkutan udara yang diprakirakan masih tinggi seiring dengan perkembangan harga avtur yang masih tinggi serta dampak kenaikan tarif listrik dan harga elpiji non subsidi," ungkapnya.
Namun di sisi lain, normalisasi konsumsi masyarakat disertai upaya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Utara dalam memastikan ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi serta dukungan kebijakan Pemerintah diprakirakan dapat menahan tekanan inflasi lebih lanjut.
"Berbagai upaya terus dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara bersama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, salah satunya melalui penyelenggaraan operasi pasar murah. Selain itu, pengembangan serta penggunaan pupuk organik juga akan terus didorong guna menekan biaya produksi di tengah kondisi kenaikan harga pupuk dunia," ungkapnya.
Secara keseluruhan tahun 2022, inflasi Sumatera Utara diprakirakan akan lebih tinggi dari tahun 2021, dan berpotensi lebih tinggi dari rentang sasaran 3%±1 persen.
Peningkatan inflasi pun didorong oleh meningkatnya pendapatan masyarakat seiring dengan kian pulihnya perekonomian, berlanjutnya konflik geopolitik yang mendorong kenaikan harga energi dan pangan global, kebijakan proteksionisme pangan beberapa negara di dunia serta faktor gangguan cuaca.
"Oleh karena itu, sinergi dan koordinasi melalui forum TPID perlu senantiasa diperkuat dalam rangka penyusunan formulasi kebijakan yang tepat guna mengantisipasi risiko-risiko tersebut agar tingkat inflasi di Sumatera Utara tetap terjaga," ujarnya.
Editor : Jafar Sembiring