MEDAN, iNews.id - Kinerja mata uang Rupiah pada penutupan perdagangan akhir pekan ini mengalami tekanan yang kian berat. Mata uang Rupiah sempat melemah hingga menyentuh level 15.065 per US Dolar, meskipun menjelang sesi perdagangan sore Rupiah mampu menguat dikisaran level 14.997 per US Dolarnya. Kinerja sebaliknya justru ditunjukan oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang justru sempat menguat di atas level psikologis 6.700, namun justru ditutup melemah 0.55 persen di level 6.651,90.
Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, dalam sepekan ini, posisi terlemah Rupiah terjadi di akhir pekan ini (15.065 per US Dolar), sementara IHSG bahkan sempat melemah hingga ke level 6.634,09. Kinerja pasar keuangan selama sepekan juga lebih banyak dipengaruhi oleh memburuknya sentimen eksternal khususnya pasca rilis data inflasi di AS, yang memicu keyakinan bahwa AS masuk dalam jurang resei.
"Bahkan, ancaman resesi itu masih terus menghantui kinerja pasar keuangan kita. Terlebih saat ini Indonesia dimasukan dalam jajaran Negara yang berpotensi mengalami resesi oleh IMF. Sementara itu, kebijakan Bank Indonesia (BI) yang sejauh ini masih mempertahankan besaran bunga acuannya di level 3.5 persen pada dasarnya menjadi penopang ekonomi dan menjadi bumper untuk memperlambat ekonomi kita masuk jurang resesi," katanya di Medan, Jumat (15/7/2022).
Gunawan menjelaskan, akan tetapi terjadi kenaikan suku bunga acuan di Negara lain yang justru memberikan implikasi besar terhadap kondisi makro ekonomi nasional. Khususnya kinerja mata uang Rupiah. Tak hanya itu, adanya aliran dana keluar dari pasar keuangan domestik juga turut membuat kita lebih berhati-hati berhadapan dengan isu yang satu ini.
Guna mencegah potensi terjadinya inflasi yang diakibatkan oleh pelemahan Rupiah serta meredam derasnya aliran uang yang keluar, maka dibutuhkan kenaikan bunga acuan di tanah air. Tekanan pada IHSG dan Rupiah pada hari ini, pada dasarnya bisa berkurang nantinya di pekan depan.
Editor : Jafar Sembiring