get app
inews
Aa Text
Read Next : Inovasi Pelayanan Kesehatan, Asri Ludin Tambunan Usung Konsep Berobat Praktis dengan Sidik Jari

Apa Reaksi Tubuh saat Menahan Buang Air Kecil? Begini Penjelasannya

Jum'at, 15 Juli 2022 | 11:00 WIB
header img
Ilustrasi (Foto: Freepik)

MENAHAN buang air kecil sering dilakukan seseorang lantaran suatu alasan yang mendesak. Seperti ada kesibukan kerja yang harus menunda selama beberapa waktu.

Biasa terjadi di kehidupan sehari-hari, sebetulnya apakah menahan pipis ini sehat atau berbahaya? Well, jika sistem kandung kemih kita sehat dan tak bermasalah, menahan buang air kecil ini secara umum tidak berbahaya. Namun, akan beda cerita jika kandung kemih Anda menahan lebih dari 16 ons cairan urin.

Dalam keadaan tertentu, menahan buang air kecil dalam waktu yang lama bisa berbahaya bagi kesehatan, terlebih jika orang dengan kondisi kesehatan tertentu.

Kebiasaan menahan pipis bisa meningkatkan risiko infeksi atau penyakit ginjal, pembesaran prostat, kandung kemih neurogenik, retensi urin hingga peningkatan risiko infeksi saluran kemih (ISK) pada wanita yang sedang mengandung.

Ketika kandung kemih sudah setengah penuh, hal ini akan mengaktifkan saraf di kandung kemih,

Saat muncul keinginan untuk buang air kecil, sebetulnya bukan hanya karena kandung kemih kita sudah terisi cairan.  saraf-saraf ini memberi sinyal pada otak untuk memberi kita dorongan atau keinginan untuk buang air kecil.

Selanjutnya, otak memberi sinyal pada kandung kemih untuk menahan sampai waktunya tiba. Menahan pipis, maka kita secara sadar melawan sinyal ini untuk buang air kecil. Sinyal-sinyal ini akan berbeda dari orang ke orang, dan bervariasi sesuai dengan usia, berapa banyak cairan yang dikandung kandung kemih Anda, dan jam berapa saat keinginan pipis itu muncul.

Jika sinyal-sinyal ini meningkat, bisa disebabkan karena kondisi medis yang mendasarinya. Beberapa orang mungkin punya kandung kemih yang terlalu aktif, bisa salah satunya dipicu karena stres.

Bagi sebagian perempuan, dorongan untuk buang air kecil jadi lebih sering bisa meningkat paska melahirkan. Hal ini sebagai akibat perubahan yang terjadi selama proses persalinan, termasuk melemahnya otot dan stimulasi saraf. Demikian sebagaimana dilansir dari Healthline, yang sudah ditinjau secara medis oleh Elaine K. Luo, M.D., Kamis (14/7/2022).

Editor : Odi Siregar

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut