Bus Antar Lintas Sumatera atau dikenal Bus ALS merupakan rajanya bus di era keemasannya. Di mana, Bus ALS melayani trayek Sumatera hingga ke Jawa. Bahkan, Bus ini juga pernah mengantar penumpang hingga ke Denpasar.
Tapi setelah munculnya penerbangan berbiaya murah, maka era keemasan itu mulai tergerus. Sekarang jika orang hendak pulang kampung dari Jakarta ke Medan atau daerah lainnya di Sumatera Utara lebih memilih menggunakan pesawat. Cepat, murah dan badan tidak pegal - pegal seperti naik Bus ALS.Namun ada cerita menarik saat penulis pulang kampung seorang diri dan masih masih berusia muda, 18 tahun, pada masa lalu menggunakan Bus ALS.
Membandingkan pulang kampung menggunakan Bus AL dengan pesawat pasti ada hal yang berbeda. Nah penulis pernah merasakan pulang kampung ke Pematangsiantar menggunakan bus ini dari Jakarta pada tahun 1990 lalu.
Suasana keakraban dan ikatan persaudaraan begitu teras kental selama perjalanan. Maklum saja dalam satu bus kelas bisnis itu dan yang memakan waktu perjalanan 2 malam 3 hari itu, penumpangnya adalah orang dengan berbagai macam marga.
Kami semua satu tujuan menggunakan bus ini yakni pulang, kembali ke kampung halaman masing-masing. Selama perjalanan saling bertegur sapa, menanyakan apa marganya dan dari mana asalnya. Serta cerita-cerita lainnya yang menambah rasa persaudaraan.
Tapi itu dulu. Kini keberadaan Bus ALS sudah tergerus dengan keberadaan maskapai penerbangan berbiaya murah. Tapikah kita bagaimana persisnya sejarah keberadaan Bus ALS hingga saat ini nasibnya?
Sebelum Indonesia merdeka, di Tapanuli Selatan telah berdiri sebuah perusahaan angkutan (bis) yang dinamai Fa. Sibualbuali (nama gunung di Sipirok).
Perusahaan bus ini didirikan secara resmi oleh Sutan Pangurabaan Pane di Sipirok pada tanggal 1 Januari 1937. Namun sebelumnya beliau adalah pengusaha hasil-hasil bumi yang handal yang tidak hanya beroperasi di Sipirok-Padangsidiompuan tetapi juga di Kotanopan atau Muara Sipongi.
Uniknya, latar belakang Sutan Pangurabaan Pane adalah seorang guru dan sastrawan lokal di Tapanuli Selatan yang dikemudian hari beliau lebih dikenal sebagai ayah dari tokoh-tokoh terkenal berikut: Sanusi Pane, Armijn Pane dan Lafran Pane.
Kekhususan Bus Sibualbuali ini di masa-masa awal lahirnya bis jarak jauh (long distance bus) karena moda transportasi dari dan ke daerah Tapanuli Selatan hanya satu-satunya dengan jalan darat.
Kota Sipirok atau Padangsidimpuan yang berada di pedalaman Sumatra (utara) yang jaraknya sangat jauh dengan kota-kota besar seperti Medan, Padang dan Pekanbaru (rata-rata 12 jam pada masa kini). Berbeda dengan di daerah lain yang moda trasnportasinya sudah jauh berkembang apalagi pada moda transportasi laut dan kereta api.
Hasil bumi yang melimpah di masa lalu (utamanya kopi) menjadi pemicu dan yang menjadi sumber biaya pendirian usaha-usaha jasa angkutan bis di Tapanuli Selatan. Disamping itu, masyarakat Tapanuli Selatan yang sudah lama mengecap pendidikan menumbuhkan minat para warga untuk mengarungi daerah-daerah lain yang lebih jauh. Maka muncullah Bus Sibualbuali.
Sukses armada Bus Sibualbuali setelah merdeka di seputar Sumatra Utara, Sibualbuali memperpanjang trayek menuju Air Bangis, Bukit Tinggi dan Padang. Kemudian disusul dengan trayek untuk Muara Bungo, Sungai Penuh dan Jambi yang selanjutnya hingga ke Palembang.
Inilah salah satu bentuk adventure bis Sibualbuali di pedalaman Pulau Sumatera.yang mampu ‘menerabas’ jalan-jalan perintis yang sempit, berbatu, berlumpur dan jurang yang dalam di sisi-sisi jalan. Sukses Sibualbuali akhirnya sampai ke Tanjung Karang/Pelabuhan Panjang yang menobatkan dirinya sebagai pionir bis jarak jauh yang mampu mengarungi jalan-jalan di Sumatera dengan medan yang masih penuh hutan belantara.
Cerita sukses Bus Sibualbuali memberi inspirasi perusahaan lainnya mengikuti sukses itu. Maka lahirah PT. ALS yang didirikan di Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) tahun 1966.
Armada bis ALS pada awalnya mengambil trayek gemuk Muara Sipongi/Kotanopan tujuan Medan yang jauh sebelumnya menjadi trayek perluasan Sibualbuali. Dalam perkembangannya, ALS semakin maju pesat dan sukses ALS seakan menggantikan sukses Sibualbuali sebelumnya. ALS pun memindahkan markasnya dari Kotanopan ke Medan dengan trayek utama Medan-Kotanopan dengan visi misi memperluas jangkauan yang sesuai dengan namanya antar lintas Sumatera.
Strategi bisnis ALS ini tampaknya berhasil. ALS berkembang secara geometris sementara Sibualbuali hanya tumbuh secara aritmetika. ALS pada awalnya mengikuti jalur tradisional Sibualbuali tetapi juga membuka jalur ke semua arah termasuk ke Banda Aceh, Pekan Baru dan Bengkulu. Bahkan hingga ke Jawa dan Denpasar, Bali
Otomatis ALS telah mencapai semua sudut-sudut tujuan akhir perjalanan bis di Sumatera. bahkan ALS semakin menggila dan mampu menembus batas Sumatra hingga ke Jakarta dan bahkan Surabaya dan Denpasar (Bali).
Tapi kini setelah banyaknya maskapai penerbangan berbiaya murah, mulailah Bus ALS sedikit demi mulai ditinggalkan. Bahkan kabar yang beredar bus tujuan Jakarta dari Medan kini habya banyak mengangkut kiriman barang ekspedisi saja ketimbang membawa penumpang manusia.
Editor : Odi Siregar