Sukses armada Bus Sibualbuali setelah merdeka di seputar Sumatra Utara, Sibualbuali memperpanjang trayek menuju Air Bangis, Bukit Tinggi dan Padang. Kemudian disusul dengan trayek untuk Muara Bungo, Sungai Penuh dan Jambi yang selanjutnya hingga ke Palembang.
Inilah salah satu bentuk adventure bis Sibualbuali di pedalaman Pulau Sumatera.yang mampu ‘menerabas’ jalan-jalan perintis yang sempit, berbatu, berlumpur dan jurang yang dalam di sisi-sisi jalan. Sukses Sibualbuali akhirnya sampai ke Tanjung Karang/Pelabuhan Panjang yang menobatkan dirinya sebagai pionir bis jarak jauh yang mampu mengarungi jalan-jalan di Sumatera dengan medan yang masih penuh hutan belantara.
Cerita sukses Bus Sibualbuali memberi inspirasi perusahaan lainnya mengikuti sukses itu. Maka lahirah PT. ALS yang didirikan di Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) tahun 1966.
Armada bis ALS pada awalnya mengambil trayek gemuk Muara Sipongi/Kotanopan tujuan Medan yang jauh sebelumnya menjadi trayek perluasan Sibualbuali. Dalam perkembangannya, ALS semakin maju pesat dan sukses ALS seakan menggantikan sukses Sibualbuali sebelumnya. ALS pun memindahkan markasnya dari Kotanopan ke Medan dengan trayek utama Medan-Kotanopan dengan visi misi memperluas jangkauan yang sesuai dengan namanya antar lintas Sumatera.
Strategi bisnis ALS ini tampaknya berhasil. ALS berkembang secara geometris sementara Sibualbuali hanya tumbuh secara aritmetika. ALS pada awalnya mengikuti jalur tradisional Sibualbuali tetapi juga membuka jalur ke semua arah termasuk ke Banda Aceh, Pekan Baru dan Bengkulu. Bahkan hingga ke Jawa dan Denpasar, Bali
Otomatis ALS telah mencapai semua sudut-sudut tujuan akhir perjalanan bis di Sumatera. bahkan ALS semakin menggila dan mampu menembus batas Sumatra hingga ke Jakarta dan bahkan Surabaya dan Denpasar (Bali).
Tapi kini setelah banyaknya maskapai penerbangan berbiaya murah, mulailah Bus ALS sedikit demi mulai ditinggalkan. Bahkan kabar yang beredar bus tujuan Jakarta dari Medan kini habya banyak mengangkut kiriman barang ekspedisi saja ketimbang membawa penumpang manusia.
Editor : Odi Siregar