get app
inews
Aa Text
Read Next : Polisi Ringkus Pengguna Narkoba di Labusel, 0,12 Gram Sabu Disita

3 Ajudan Presiden Soeharto yang Menjadi Kapolri

Senin, 27 Juni 2022 | 11:00 WIB
header img
3 Ajudan Soeharto yang kariernya meroket hingga menjadi Kapolri: Kunarto, Dibyo Widodo, dan Sutanto. Foto/Istimewa/Wikipedia

JAKARTA - Presiden Soeharto semasa menjabat memiliki ajudan yang berasal dari kepolisian. Di mana, 3 ajudannya tercatat dalam sejarah menjadi Kapolri. Dua orang di masa pemerintahan Soeharto, dan satu orang lainnya di era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Soeharto merupakan Presiden ke-2 RI. Soeharto menjadi orang nomor 1 di Indonesia sejak 1967 hingga 1998. Selama menjabat sebagai presiden tersebut, Soeharto memiliki sejumlah ajudan.

Di antara para ajudan Soeharto itu ada yang kemudian menjadi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri). Berikut ini SINDOnews tampilkan profil singkat 3 ajudan Presiden Soeharto yang menjadi Kapolri tersebut: 

1. Kunarto

Kunarto menjadi ajudan Presiden RI sejak 1979 - 1986. Karier lelaki kelahiran Yogyakarta itu di kepolisian memang terbilang gemilang.

Setelah menjadi ajudan Presiden Soeharto, Kunarto menjadi Wakapolda Metro Jaya dengan pangkat Brigjen (1986), Kapolda Sumatera Utara (1987-1989), dan menjabat Kapolda Nusa Tenggara berpangkat Mayjen (1989-1990).

Dikutip dari www.polri.go.id, Jenderal Polisi Kunarto menjadi Kapolri menggantikan Jenderal Polisi Mochammad Sanoesi. Kunarto menjadi Kapolri sejak 20 Februari 1991 - 5 April 1993. Posisinya digantikan oleh Jenderal Polisi Banurusman Astrosemitro.

Jenderal (Purn) Kunarto meninggal dunia di RS Internasional Surabaya, 28 September 2011. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta Selatan.

2. Dibyo Widodo

Dibyo Widodo merupakan ajudan Presiden RI sejak 1986 - 1992. Saat itu, pangkatnya Letnan Kolonel.

Sebelum menjadi ajudan Presiden Soeharto, pria yang lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, 26 Mei 1946 ini pernah menjabat sebagai Kapolres Deli Serdang.

Dikutip dari buku "Pak Harto The Untold Stories", Dibyo Widodo mengatakan belajar banyak dari Soeharto, terutama cara memimpin. Dia juga menyebut tidak pernah melihat Soeharto marah.

Setelah menjadi ajudan Soeharto, Dibyo menjadi Wakapolda Nusa Tenggara, Wakapolda Metro Jaya, Kapolda Metro Jaya, dan kemudian Kapolri.

Jenderal Polisi Dibyo Widodo menjadi Kapolri sejak 15 Maret 1996 hingga 28 Juni 1998. Posisinya digantikan oleh Jenderal Polisi Roesmanhadi.

Dibyo Widodo meninggal di Singapura pada 15 Maret 2012. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama (TMPNU) Kalibata.

3. Sutanto 

Sutanto lahir di Comal, Pemalang, Jawa Tengah. Sutanto menempuh pendidikan Akademi Kepolisian (Akpol) selepas mengenyam pendidikan sekolah menengah. Dia lulus pada 1973 dengan menyandang gelar mentereng sebagai lulusan terbaik atau disebut Adhi Makayasa.

Bintang Sutanto di kepolisian bersinar terang. Mengawali karier sebagai Pamapta di jajaran Polda Metro Jaya, seiring berjalannya waktu dia dipromosikan sebagai Kapolsek Kebayoran Lama, Kapolsek Kebayoran Baru, Kapolres Sumenep, dan Kapolres Sidoarjo.

Setelah memimpin teritorial, Sutanto ditarik ke Mabes Polri sebagai Paban Asrena Polri (1994-1995). Polisi kelahiran 30 September ini selanjutnya diutus ke Istana, menjadi ajudan Presiden Soeharto pada 1995-1998.

Sutanto menjadi saksi bagaimana Soeharto menghadapi hari-hari akhir sebagai orang nomor satu di negeri ini. Menurut Sutanto dalam buku "Pak Harto The Untold Stories", Pak Harto dengan rasional lebih mengedepankan aspirasi rakyat, menjunjung tinggi demokrasi, dan menghormati hukum.

Selepas menjadi ajudan Soeharto, karier Sutanto terus melejit. Dia tercatat dipercaya sebagai Wakapolda Metro Jaya. Setelah itu dipromosikan sebagai Kapolda Sumatera Utara. Kepemimpinan Sutanto di Sumut mengukir catatan tersendiri. Di masanya itulah perang melawan perjudian dilakukan habis-habisan. 

Sutanto kemudian menjadi Kapolda Jawa Timur (2000-2002). Kemudian, dia dimutasi sebagai Kalemdiklat Polri. Dia lalu menyandang pangkat bintang tiga saat dipromosikan sebagai Kalakhar Badan Narkotika Nasional (BNN).

Namanya menguat sebagai calon Kapolri setelah SBY menjadi Presiden ke-6 RI pada Oktober 2004. Kebetulan Sutanto dan SBY merupakan rekan angkatan. Sutanto lulusan terbaik Akpol 73, SBY peraih Adhi Makayasa-Tri Sakti Wiratama Akmil 1973.

Jenderal Polisi Sutanto pun menjadi Kapolri, menggantikan Jenderal Da'i Bachtiar. Sutanto menjabat Kapolri sejak 8 Juli 2005 hingga 30 September 2008.

Sutanto kemudian juga diangkat menjadi Kepala Badan Intelijen Negara Indonesia (BIN) sejak 22 Oktober 2009 hingga 19 Oktober 2011.

Editor : Odi Siregar

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut