Saat tiba di lokasi, Benny terkejut menemukan jaketnya dipajang di dinding markas Marinir Belanda. Jaketnya itu bahkan dijadikan sasaran lempar pisau. Diketahui jaketnya menjadi pelampiasan kekesalan tentara elite Belanda yang tak kunjung bisa menangkapnya.
Tentara Belanda bernama Jan Willem de Leeuw mengakui keberanian Benny Moerdani. Keduanya bertemu pertama kali di Papua.
"Selain profesional sebagai tentara, Benny juga merupakan negosiator ulung," ucap Jan.
Keberhasilan operasi ini membuat Benny mendapat kenaikan pangkat luar biasa dan tanda kehormatan bintang sakti dari Presiden Soeharto. Tanda kehormatan itu merupakan bentuk penghargaan terhadap keberanian dan ketabahan tekad seorang prajurit melebihi penaggilan kewajiban dalam oeprasi militer.
Presiden Soeharto bahkan sempat mengangkat Benny sebagai Panglima ABRI meski selama kariernya tak pernah menjabat Pangdam, Komandan Brigade, dan Komandan Korem. termasuk mengikuti pendidikan di Sesko.
"Tapi dia dulu terjun di Merauke," ujar Prabowo Subianto menirukan ucapan Presiden Soeharto dalam bukunya berjudul "Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto".
Bahkan peristiwa penerjunan pasukan Indonesia itu dikenang dengan didirikannya patung Benny berdiri dengan parasut tergulung di pundak. Patung itu didirikan tahun 1987 di Kampung Kuprik, Distrik Tanah Miring, sekitar 30 km dari Merauke.
Editor : Odi Siregar