Raja menambahkan bahwa pihaknya bertindak sebagai enabler yang membuka ruang kolaborasi seluas-luasnya bagi investor swasta melalui skema kerja sama pemanfaatan lahan yang transparan.
“BPODT berperan sebagai enabler. Kami menyiapkan lahannya, memastikan tata ruang dan lingkungan terjaga, lalu membuka peluang kerja sama investasi yang sehat dan transparan,” kata Raja.
Selain aspek bisnis, operasional Sibisa Hideaway Camp juga melibatkan pelaku UMKM lokal untuk penyediaan logistik dan jasa pendukung. Hal ini bertujuan agar pembangunan pariwisata memberikan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat sekitar.
“Optimalisasi aset harus berdampak ganda: meningkatkan kinerja keuangan kawasan dan menghadirkan manfaat nyata bagi masyarakat sekitar. Inilah esensi pembangunan pariwisata berkelanjutan yang kami dorong di BPODT,” tambahnya.
Saat ini, kawasan tersebut menyediakan 12 unit glamping dan 50 unit tenda camping reguler dengan berbagai fasilitas pendukung seperti flying fox, memanah, hingga pelacakan alam. Strategi ini diharapkan mampu memperpanjang durasi tinggal wisatawan di Danau Toba.
“Kami optimistis glamping dan camping ground akan menjadi salah satu motor peningkatan kunjungan dan pendapatan kawasan. Sibisa Hideaway Camp kami posisikan sebagai model awal optimalisasi aset BPODT yang dapat direplikasi di lokasi lain di Danau Toba,” tutup Raja.
Editor : Jafar Sembiring
Artikel Terkait
