Pihak Kalimantan Jaya juga berkomitmen penuh terhadap penataan lingkungan dan telah menjadwalkan pembenahan taman yang sempat terganggu pada minggu depan.
Di balik semua ini, muncul kekhawatiran adanya indikasi manuver dari organisasi tertentu, seperti LSM dengan inisial GSR, yang diduga mencoba mengambil keuntungan di tengah kisruh ini. Pihak gudang bahkan telah berkoordinasi dan melapor kepada lurah serta kepling setempat mengenai tekanan non-formal yang datang dari luar proses hukum.
"Belum ada pelanggaran hukum yang final. Tidak ada putusan inkracht. Belum ada kesimpulan hukum yang patut dijadikan dasar untuk tindakan drastis seperti pembongkaran. Namun tekanan datang lebih cepat daripada keadilan," tutur Lia, menyayangkan suara tuntutan yang kian keras tanpa memberi ruang penjelasan.
Dampak dari polemik ini sangat dirasakan oleh para pekerja. Elda, seorang pekerja harian di gudang Kalimantan Jaya, mengungkapkan kekhawatirannya. "Kami ini cuma cari makan. Kalau tempat ini ditutup, kami harus hidup dari mana?" tanyanya.
Ia menjelaskan bahwa tak kurang dari ratusan orang menggantungkan hidup pada operasional gudang ini, mulai dari sopir truk, buruh bongkar muat, petugas keamanan, pengelola logistik, hingga para pedagang kecil di sekitar area.
Editor : Jafar Sembiring
Artikel Terkait