Pada tahun 2013, ia mendapatkan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI sebesar Rp15 juta. Dana tersebut ia gunakan untuk menambah bahan usaha dan meningkatkan kapasitas produksi. Seiring waktu, usahanya terus tumbuh, hingga pada tahun 2025, ia kembali mendapatkan tambahan modal sebesar Rp30 juta.
Meski menerima pinjaman dalam jumlah yang lebih besar, Rasul tetap disiplin dalam mengelola keuangan. “Saya selalu membayar cicilan tepat waktu, karena saya percaya kedisiplinan finansial adalah kunci kelangsungan usaha,” ujarnya.
Rasul menambahkan bahwa salah satu alasan memilih KUR BRI adalah karena bunganya yang ringan. “Tidak memberatkan UMKM seperti saya, jadi sangat membantu untuk pengembangan usaha,” katanya.
Namun, zaman telah berubah. Kemajuan teknologi dan tren belanja online membuat persaingan semakin ketat. Rasul mengakui bahwa saat ini mencari pelanggan baru bukanlah hal mudah.
"Sekarang ini tantangannya lebih besar. Orang lebih suka beli yang sudah jadi lewat online. Saya juga sudah tidak muda lagi, jadi saya hanya mengandalkan pelanggan setia," ujarnya dengan senyum tipis.
Meski begitu, ia tetap bersyukur karena masih ada pelanggan yang setia mempercayakan jahitan mereka kepadanya. Baginya, menjahit bukan sekadar pekerjaan, melainkan bagian dari hidup yang telah ia jalani lebih dari setengah abad.
Ditemui dalam kesempatan terpisah, Tika (35) menilai hasil jahitan Rasul nyaman dikenakan. Selain itu, dia juga selalu memberi saran model dan jenis bahan sesuai dengan anggaran (budget). "Saya jahit di sini sudah sejak semasa kuliah karena hasil jahitannya sangat nyaman, bahan jahitan yang dipakai dan polanya bagus juga detail," kata Tika yang mengaku menjadi pelanggan Rasul sejak 10 tahun lalu. Kali ini Tika ingin jahitan kebaya untuk dipakai pada hari Minggu, 23 Februari 2025 pada acara pernikahan di kampung Berastagi.
Editor : Chris
Artikel Terkait