Jhony menjelaskan bahwa pembuatan Kue Bakul dimulai sekitar dua minggu sebelum Imlek dan akan tersedia hingga hari H selama kurang lebih 20 hari. Setiap hari, kue-kue ini diproduksi selama 12 jam untuk memastikan kesegaran produk yang dipajang di toko.
"Setiap harinya kami masak kue bakul dan menjualnya dalam keadaan fresh. Setelah dimasak, kami tata di toko," jelasnya.
Kue Bakul atau Kue Keranjang, salah satu makanan khas bagi masyarakat Tionghoa. (Foto: Istimewa)
Penjualan Kue Bakul di Toko Phin Phin biasanya akan ramai sekitar enam hari sebelum Imlek, namun mereka tetap menyediakan kue ini hingga hari H. Rahasia dari pembuatan kue Bakul konservatif terletak pada resep turun temurun yang memastikan kualitas bahan tetap terjaga dan original.
"Kualitas bahan dari gula dan tepung pulut kami olah sendiri dengan campuran gula berkualitas premium menggunakan proses pemasakan tradisional," terangnya.
Toko Phin Phin juga mengembangkan jangkauan pasar dengan mendistribusikan kue Bakul hingga ke luar kota seperti Jakarta, Surabaya, Bali, dan Aceh melalui pemesanan online.
"Untuk penjualan langsung hanya ada di toko kami, tapi kami juga memasarkannya hingga ke luar daerah," tutup Jhony.
Dengan meningkatnya permintaan dan pelestarian tradisi, Kue Bakul dari Toko Phin Phin semakin menjadi primadona di perayaan Tahun Baru Imlek di Medan.
Editor : Chris
Artikel Terkait