MEDAN, iNewsMedan.id - Pernahkah kamu melihat orang yang hidupnya hancur padahal dulu kaya raya, sukses dalam dunia? Mungkin mereka pernah melakukan hal-hal buruk pada orang lain. Seperti mencuri, berbohong, atau menyakiti hati orang lain.
Perbuatan jahat itu seperti boomerang, akan kembali pada diri sendiri. Jadi, kalau ingin hidup bahagia dan sukses, jangan pernah menyakiti orang lain."
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan, MA - حفظه الله تعالى menjelaskan bahwa Islam mengingatkan bila ingin sukses yang hakiki dan sejati, jangan pernah zholimi orang. Jangan kau ambil hartanya dengan tidak hak, jangan kau nodai kehormatannya dengan ghibah, fitnah dan namimah, jangan kau tumpahkan darah walaupun setetes dengan jalan yang batil.
Mobil mewahnya melaju kencang di jalan raya, rumah megahnya menjulang tinggi, namun hatinya kosong melompong. Ia dikelilingi oleh orang-orang yang memujinya, namun ia sendirilah yang paling kesepian. Kehidupannya bagaikan pesta pora yang berakhir tragis. Ia adalah 'raja tega' yang tak pernah merasa puas, selalu haus akan kekuasaan dan harta.
Meski sesaat terlihat sukses di atas angin, punya mobil mengkilat, rumah mewah bertingkat, istri cantik memikat, jabatan tinggi berpangkat, yang membuat orang padanya datang merapat.
Pastikan itu hanyalah kejayaan yang semu, keberuntungan menipu dan kehancuran yang sudah menunggu.
Sering kusaksikan orang-orang semacam ini , berakhir kesuksesan awalnya dengan kehancuran.
Ia kusebut si “raja tega” yang tak perduli lagi dengan orang-orang yang dia zholimi. Menari diatas kesusahan kawan, berpesta pora dengan harta sahabatnya. Pinjam uang tak bayar-bayar, menumpuk utang di sana-sini, menipu kawan-kawan seiring, menzholimi sahabat seperjalanan.
Dia tidak pernah merasakan betapa susah payah sahabatnya mengumpulkan uang seperak demi seperak, dengan mudah dia nikmati atas nama “pinjam dulu” yang pembayarannya tak ada ujung pangkalnya. Cukup baginya menebar sejuta janji palsu.
Atas nama kerja sama, membuat syirkah, usaha bareng dan seterusnya, dia tega, me “makan” kawan sendiri, menodai kesepakatan dibuat. Uang kawan habis ludes, tanpa pertanggung jawaban kecuali hanya mengandalkan “jurus mengelak” yang penuh dengan keculasan.
Pernah kukenal dan bermuamalah dengan orang yang semacam ini. Kulihat tokonya lengkap dan besar, kutitip jual padanya parfum yang nilainya tak seberapa, hanya ratusan ribu saja. Parfumku habis terjual namun uangnya tak kunjung diberi. Teliti punya teliti ternyata sebagian besar barang dagangan didalam tokonya adalah milik orang yang terzholimi sepertiku.
Setiap hari karyawanku menagih, serasa bagaikan kami yang berhutang padanya. Sudah puas karyawanku mendapat dampratan dan bentakan. Singkat cerita usahahnya hancur, ia raib entah kemana menghilang di telan bumi.
Orang-orang semacam ini yang banyak “menyampah” dipermukaan bumi ini, berjalan melanglang buana dengan “urat malu” yang telah putus. Bermuka bebal bak “muka badak” tanpa ekspresi bersalah sama sekali.
Setelah kufikir dan telaah, ternyata memang sudah menjadi ketentuan Allah bahwa orang zholim itu tidak kan pernah beruntung...
Allah berfirman:
إنه لا يفلح الظالمون
“Sesungguhnya tidak akan pernah beruntung orang-orang yang berbuat zholim..” (QS : al-An’am :21).
Lihatlah bagaimana akhir tragis kejayaan ummat-ummat terdahulu yang pernah berjaya dan memimpin dunia, sebagaimana kaum Ad dan Tsamud, Firaun dan Namrud, semuanya hancur binasa tak bersisa karena kezholiman.
Sahabat, bila kau mau sukses, maka jangan pernah berniat menzholimi orang, siapapun dia, insyaallah kujamin Allah kan memberkahimu dan memudahkan usahamu.
Semoga bermanfaat barakallahu fiikum
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait