JAKARTA, iNewsMedan.id - Dewan Sepak Bola Internasional (IFAB) tengah menggodok regulasi penggunaan kartu oranye dalam pertandingan sepak bola.
Berdasarkan laporan Telegraph, Rabu (29/11/2023), penggunaan kartu oranye disetujui dan kabarnya akan diuji coba pada awal musim depan. Adapun kartu oranye adalah hukuman yang lebih berat dari kartu kuning, namun belum layak diganjar kartu merah.
Artinya, level disiplin kartu oranye berada di tengah-tengah antara kartu kuning dan merah. Namun rupanya, kartu oranye tidak akan benar-benar diperlihatkan kepada pemain.
Para pemain yang diganjar hukuman tersebut diharuskan menepi lebih dulu ke tepi lapangan selama 10 menit. Itu artinya, sebuah tim yang diganjar hukuman itu akan kalah jumlah pemain, hanya dalam waktu 10 menit.
Pelanggaran kartu oranye bisa meliputi berbagai hal, seperti kata-kata kasar hingga protes berlebihan. Selain itu, menarik jersey pemain lawan juga bisa diganjar kartu tersebut.
Tentu menarik jika aturan baru tersebut benar-benar diberlakukan. Aturan baru tersebut bertujuan untuk mengurangi wasit-wasit yang terlalu ringan mengeluarkan kartu.
Sebelum diusulkan di sepak bola, cabang olahraga rugby lebih dulu memakai kartu oranye. Pada rugby, pemain yang diganjar kartu oranye harus keluar selama 10 menit, kemudian diizinkan bermain kembali.
Usulan kartu oranye sejatinya sudah ada sejak tahun 2015 silam. Wasit legendaris Pierluigi Collina adalah sosok yang pertama kali memberikan usulan tersebut.
Namun saat itu, usulan Collina bukan kartu berwarna oranye, melainkan putih. Dia mengaku jengah dengan perilaku pemain yang kerap protes berlebihan.
“Penting untuk memberikan pesan, menurut saya, melakukan simulasi di lapangan bukanlah pesan positif,” kata Collina dilansir The Standard.
“Menurut saya bukan pesan positif jika pemain selalu mengeluh, memprotes keputusan wasit,” ujar pria berkepala pelontos tersebut.
Editor : Odi Siregar
Artikel Terkait