Atas dasar itu, pihak keluarga melakukan autopsi terhadap korban di RS Bhayangkara Medan. Namun, saat meminta autopsi di Medan, mereka merasa dipersulit.
"Kami merasa dipersulit dengan pernyataan-pernyataan mereka (polisi). Makanya, kami putuskan mayat dikirim dari Bali ke Medan pada Minggu siang. Jenazah baru tiba di Medan, Senin subuh. Sampai di Medan, baru kami minta diautopsi," ujar Monalisa.
Pihak keluarga sangat mencurigai penyebab kematian korban karena menemukan sejumlah kejanggalan. Mulai dari adanya luka dibeberapa bagian tubuh termasuk kelaminnya yang rusak.
"Dugaannya adik saya dibunuh secara sadis. Semoga keadilan berpihak dengan kita," ungkap Monalisa.
Monalisa berharap, dengan adanya autopsi di RS Bhayangkara Tk II Medan, penyebab kematian adiknya dapat segera terungkap.
"Tapi kita lihat setelah ada foto yang beredar di rumah sakit, adik saya penuh dengan darah. Adik saya dianiaya secara sadis," tuturnya.
Diungkapnya, korban kuliah di Bali sudah hampir selesai. Selama ini selalu berkomunikasi dengan keluarga di Taput dan tidak pernah memiliki masalah.
"Semester akhir, Desember (wisuda). Adik saya nggak pernah cerita punya masalah, kami selalu berkomunikasi," pungkasnya.
Editor : Odi Siregar
Artikel Terkait