BI Sumut Kembangkan UMKM Lewat Klaster Ketahanan Pangan Guna Kendalikan Inflasi

Kharisma
BI Sumut Kembangkan UMKM Lewat Klaster Ketahanan Pangan Guna Kendalikan Inflasi. (Foto: Istimewa)

Wira juga mengatakan, Gapoktan Sidomulyo, Yogyakarta dengan kapasitas produksi GKP 3.000 ton/tahun telah menggunakan RMU dengan spesifikasi mesin double pass, dryer, sortasi dan timbang otomatis dengan nilai investasi mencapai sekitar Rp2M yang diperoleh dari partisipasi pemerintah daerah, Kementerian, dan Bank Indonesia.

Untuk mencapai kapasitas produksi beras yang lebih maksimal diperlukan mesin dryer, karena luasnya lahan Gapoktan Harapan yang mencapai 465 Ha, penggunaan lantai jemur menjadi tidak efisien karena berpotensi mengurangi jumlah lahan tanam.

Gapoktan Harapan berpotensi menjadi sentra pengolahan GKP menjadi Beras untuk Gapoktan dari desa dan kecamatan lain di  Sergai.

Untuk dukungan pemasaran sekaligus membantu penjualan beras, BI bersama pemerintah daerah dapat melakukan business matching perdagangan dengan BUMD, KAD, serta retail dengan perjanjian yang saling menguntungkan.

Menurutnya, diperlukan pemilihan pengemasan produk yang sesuai dengan jenis beras yang diproduksi (organik / non organik) serta sertifikasi halal dan izin edar untuk program hilirisasi selanjutnya.

Untuk mendukung hal ini, pada triwulan IV-2023, Bank Indonesia akan melakukan program hilirisasi melalui fasilitasi packaging produk. Harapannya program tersebut dapat meningkatkan nilai jual produk.

Selain itu, klaster Gapoktan Harapan juga telah menerapkan teknologi pertanian yaitu digital farming melalui bantuan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI).

Penyerahan PSBI kepada Gapoktan Harapan berupa Paket Smart Agriculture dan Precision Farming, yaitu alat yang dapat memberikan informasi kondisi atau konsentrasi unsur hara tanah secara realtimeyang telah terhubung dengan smartphone petani.

Informasi unsur hara makro ini sangat dibutuhkan oleh petani agar dosis pupuk yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Nilai efisiensi yang diperoleh saat ini sekitar 8 persen (sekitar Rp15,7jt/Ha pada MT II-2022 menjadi Rp14,4jt per Ha pada MT I-2023) sumber efisiensi sejauh ini berasal dari biaya pemupukan.

Editor : Odi Siregar

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4 5

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network