MEDAN, iNewsMedan.id - TNI AD pada masa lalu pernah memiliki agen intelijen Hans Hamzah yang memiliki kemampuan penyamaran yang sangat istimewa. Prajurit TNI AD keturunan Tionghoa ini menjadi bawahan raja intel LB Moerdani. Keberadaannya begitu misterius, bahkan di kalangan militer sendiri.
Namun, siapa sebenarnya Hans Hamzah dan bagaimana dia bisa diidentifikasi dapat ditemukan dari tulisan Ken Conboy, seorang penulis buku-buku mengenai sejarah militer Asia dan operasi intelijen.
LB Moerdani
Dalam bukunya yang berjudul "Intel: Menguak Tabir Dunia Intelijen Indonesia," Ken Conboy menjelaskan, "Hamzah, salah satu dari sedikit orang Tionghoa di Unit Intelijen Khusus (Satsus Intel), memiliki keahlian berbahasa yang luar biasa. Dia fasih berbicara dalam enam bahasa dan sangat terampil dalam membuka kode-kode." Buku ini dikutip pada Minggu (20/8/2023).
Menurut penuturan Ken, Hans Hamzah adalah anggota dari Satsus Intel yang terlibat dalam operasi sandi bernama Operasi Flamboyan yang dirancang oleh Benny Moerdani. Operasi ini dipimpin oleh Kolonel Dading Kalbuadi dan fokus pada penargetan koper militer Atase Militer Portugal, Mayor Antonio Joao Soares, yang tiba di Indonesia dan hendak menuju Timor Timur (kini dikenal sebagai Timor Leste). Saat itu, Timor Timur masih merupakan wilayah jajahan Portugal.
Jenderal LB Moerdani (Kanan).
Hans Hamzah memainkan peran penting dalam Operasi Flamboyan pada tahun 1975. Setelah usaha untuk membuka isi koper Soares di Jakarta tidak berhasil, Kolonel Dading merancang strategi baru. Hans Hamzah menyamar sebagai Kepala Cabang Maskapai Merpati Airlines ketika Mayor Soares berada di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, dalam persiapan terbang ke Kupang. Ketika Mayor Soares melapor di imigrasi, Hamzah secara spontan berpura-pura bahwa visa sang atase memerlukan persetujuan tambahan dari pihak imigrasi.
"Mayor Antonio Joao Soares diminta untuk melapor di kantor imigrasi setempat untuk pemeriksaan rutin. Pada kenyataannya, tindakan ini merupakan bagian dari rencana yang dikelola oleh Kolonel Dading Kalbuadi atas perintah Brigadir Jenderal Benny Moerdani, dengan tujuan untuk mengetahui isi dokumen yang dibawa oleh perwakilan Portugal tersebut," tulis Julius Pour dalam bukunya yang berjudul "Benny Moerdani: Profil Prajurit Negarawan."
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait