Akbar yang pernah menerima beasiswa Bidikmisi sampai dengan kelulusannya di tahun 2019 itu mengatakan, pada tahun 2021 lahan yang tersedia milik almarhum mertuanya hanya sebesar 3 hektare. Sekarang tahun 2023 ini sudah ada 7 hektare lebih untuk pengambangan buah lainnya.
Selanjutnya, untuk saat ini luasan 7 hektare khusus untuk tanaman semangka, 4 hektare untuk jeruk pontianak. Pria lulusan SMAN 1 Cibadak Sukabumi, Jawa Barat itu mengatakan, untuk penghasilan bersih bervariatif tergantung tonase hasil panen dengan harga pasar.
"Sekali panen dalam rentang dua bulan lebih buah semangka bisa menghasilkan keuntungan sebesar Rp10 juta -Rp30 juta. Alhamdulilah, hasil pendapatannya mampu mengaji karyawan sebanyak 6 orang," katanya.
Cerita pengalaman ini diamini Nadia Prasasti Pratiwi yang tak lain istri Akbar. Nadia mengungkapakan, awal-awal pandemi Covid-19 pada 2020 lalu, mereka sempat memfokuskan pengembangan buah jeruk pontianak dan semangka, mengingat saat itu kebutuhan akan vitamin C sangat diperlukan dan gencar dicari masyarakat.
Berkat kegigihan, semangat, kesabaran, permintaan mulai meningkat akan buah jeruk. Saat itu panen pertama mendapatkan harga dari pemesan mencapai 1.800/kg untuk buah semangka.
"Sebelumnya, pada periode Januari 2023 pernah menghasilkan 88 ton buah semangka, sedangkan April 2023 53 ton semangka. Mudah-mudahan di Agustus ini bisa panen lebih," kata perempuan lulusan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur tersebut.
Artikel ini telah terbit di halaman iNewsKalteng.id dengan judul Kisah Sejoli Lulusan UI dan Unair, Kini Sukses Jadi Petani Buah di Palangka Raya
Editor : Odi Siregar
Artikel Terkait